Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Bhiva (TMII) Intan Kartika menekankan bahwa kegiatan study tour penting bagi perkembangan kecerdasan siswa selain dari sisi akademik.
“Menurut kami anak-anak memang perlu belajar di ruang kelas, karena di samping belajar mengenai bidang studi tertentu ataupun kurikulum tertentu, ini sebenarnya juga mengajarkan mereka mengenai kemandirian,” kata Intan dalam acara “Ngoprek” di Jakarta, Rabu.
Intan menjelaskan study tour tidak hanya memperluas wawasan siswa tapi juga mengajarkan mengenai kemandirian dan mengontrol dirinya selama kegiatan berlangsung.
Baca juga: Menteri Kebudayaan apresiasi peran TMII dalam upaya promosi kebudayaan
Salah satu cara yang dapat mulai dilakukan yakni dengan menentukan destinasi yang sesuai dengan tujuan diadakannya kegiatan study tour.
Misal, dengan berkunjung ke TMII maka siswa tidak hanya datang berwisata tetapi juga belajar akan kekayaan budaya Indonesia tanpa harus berkunjung ke daerah asal. Siswa juga dapat langsung belajar soal kebinekaan serta keragaman Indonesia.
“Kita juga melihat ini juga salah satu cara bagaimana anak-anak berwisata di dalam negeri, sesuai dengan kampanyenya Kementerian Perwisata dan kita juga melihat anak-anak justru enggak perlu jauh-jauh, cukup ke Taman Mini, bisa belajar mengenai misalkan Bali. Enggak perlu mereka ke Bali, datanglah ke Taman Mini, ke Anjungan Bali, ke Anjungan Sumatera Barat, tanpa harus naik pesawat ke daerahnya,” ujar dia.
Baca juga: Wamenekraf ungkap strategi siapkan TMII pikat wisatawan lokal-global
Para siswa bisa langsung bereksperimen di tempat dan mengeksplorasi berbagai lokasi seperti di Museum Batik yang menyediakan fasilitas belajar membatik dan mengenalkan sejarah batik dari semua tempat.
Intan turut menyampaikan kegiatan study tour memberikan siswa melihat dunia dengan lebih luas dan tidak terpatok pada suasana kelas saja.
Kegiatan itu pun menjadi kesempatan besar untuk anak-anak Indonesia mengenal budaya dan keberagamannya sejak dulu.
Baca juga: Kemenpar godok pedoman terkait program "study tour
Menanggapi masalah study tour akhir-akhir ini, Intan menilai regulasi soal keselamatan, kenyamanan serta biaya dapat dibicarakan dan dibuat standarisasi yang jelas bersama pemerintah.
Semua aspek yang dibutuhkan bisa dikurasi bersama dengan para pemangku kepentingan yang terlibat dalam kegiatan. Dengan demikian, siswa yang mengikuti kegiatan tidak memiliki tujuan hanya datang untuk jalan-jalan dengan bebas, tetapi ada memahami materi yang diberikan.
"Kami percaya kalau memang ini ada semacam panduan atau policy yang memang ditetapkan bahwa untuk melakukan field trip, sebaiknya standar transportasi, standar keselamatan, perbandingan pendamping dengan mahasiswa, kemudian juga materi field trip yang dikurasi," katanya.
Baca juga: Acara komunitas - "study tour" lokal dinilai tingkatkan okupansi hotel
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2025