Palu (ANTARA) - Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Sulawesi Tengah menyebutkan daerah itu mengalami surplus komoditas cabai rawit sebanyak 9.364 ton pada tahun 2024 dari jumlah produksi sebanyak 16.201 ton.
"Kami mengapresiasi kinerja petani dalam menjaga stabilitas produksi bahan pangan sebagai kebutuhan dasar masyarakat," kata Kepala Dinas TPH Sulteng Nelson Metubun di Palu, Kamis.
Ia mengemukakan dari jumlah produksi 16.201 ton, rata-rata kebutuhan masyarakat terhadap komoditas cabai rawit kurang lebih 6.837 ton.
Dibandingkan dengan produksi cabai rawit 2023 sebanyak 20.450 ton, produksi 2024 justru mengalami penurunan cukup signifikan, kondisi itu dipicu faktor cuaca.
"Rata-rata konsumsi cabai rawit di Sulteng 2,19 kilogram per kapita dengan jumlah penduduk sekitar 3,1 juta jiwa lebih," ujarnya.
Baca juga: Pemprov Sulteng bagikan 10 ribu bibit tanaman cabai di Palu
Baca juga: Pemprov: Produksi cabai rawit Sulawesi Tengah capai 20.450 ton 2023
Ia mengatakan komoditas cabai merupakan salah satu penyumbang inflasi daerah dari sektor pertanian, karena minat masyarakat Sulteng terhadap cabai cukup tinggi.
Sehingga pemda menyerukan masyarakat manfaatkan lahan pekarangan untuk menanam cabai lewat gerakan tanam dan panen cepat cabai, sebagai bagian dari upaya pengendalian inflasi.
"Jumlah produksi tersebut masih berpotensi meningkat, karena masih ada petani belum melakukan panen," ucap Nelson.
Selain itu, komoditas cabai besar juga mengalami kelebihan produksi atau surplus sebanyak 6.940 ton dari jumlah produksi 9.165 ton, jumlah tersebut meningkat dibandingkan surplus 2023 hanya sekitar 6.500 ton dari jumlah produksi 8.712 ton.
"Kami berharap pada tahun 2025 petani lebih meningkatkan produksi pertanian, hal itu tidak hanya menguntungkan daerah tetapi juga meningkatkan ekonomi petani," kata dia.
Baca juga: Sulteng siapkan 10 ribu bibit gencarkan gerakan tanam cabai
Baca juga: Pemprov Sulteng: Petani pertahankan produksi cabai meski ada El Nino
Pewarta: Mohamad Ridwan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025