Semarang (ANTARA) - Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah menilai bahwa Desa Mendala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, yang terkena bencana tanah bergerak tidak layak untuk hunian atau permukiman.
Kepala Dinas ESDM Jateng Boedyo Dharmawan, di Semarang, Rabu, menjelaskan bahwa Desa Mendala, Kecamatan Sirampog, secara geologi masuk pada formasi rambatan.
Menurut dia, formasi tersebut mengartikan bahwa tanah-tanah pembentuk di wilayah tersebut sifat pengembangan tanahnya besar sehingga ketika banyak air yang masuk maka tanahnya mengembang.
Ia mengibaratkan nasi yang dimasak dengan terlalu banyak air akan membuatnya menjadi bubur, tetapi berbeda dengan saat musim kemarau yang membuatnya kekurangan air.
Baca juga: BPBD Banjarnegara inventarisasi dampak pergerakan tanah di Ratamba
Baca juga: BNPB: Petugas bergerak cepat atasi banjir dan longsor di Soppeng
"Kayak masak nasi kalau kebanyakan airnya jadi bubur. Nah, kalau kurang air musim kemarau dia merekah, rekah-rekah di dalam tanah itu. Jadi memang sebenarnya daerah-daerah yang pada formasi itu tidak bagus untuk hunian," katanya.
Di sisi lain, banyak masyarakat setempat yang enggan untuk pindah karena merasa sebagai tanah kelahirannya, padahal secara formasi tanahnya sangat rentan.
Ia mengatakan satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah bagaimana bisa memperkecil terjadinya pergerakan tanah, yakni dengan mengendalikan tampungan air.
Ketika daerah lain berusaha untuk menyimpan air di dalam tanah sebanyak-banyaknya untuk persediaan musim kemarau, kata dia, maka di wilayah tersebut justru tidak baik jika air meresap ke tanah, apalagi jika berlebihan.
"Kalau bisa, air yang di sana (Desa Mendala, red.) jangan sampai meresap ke dalam tanah. Jika (tanah) mengembang, bergerak, ya, pasti bangunan-bangunan yang ada di atasnya bergerak juga," katanya.
Diakuinya, terjadinya fenomena tanah bergerak di Kabupaten Brebes yang mengakibatkan ratusan rumah rusak itu karena akumulasi dari musim hujan.
"Pemicunya memang hujan, tapi sebenarnya itu sudah diketahui bahwa faktor utamanya adalah kandungan air yang terlalu banyak di dalam tanah sehingga 'swell'-nya mengembang kemudian menyebabkan bergerak," katanya.
Jadi, ia mengatakan upaya yang bisa dilakukan terkait fenomena pergerakan tanah tersebut, yakni memperkecil masukan air ke tanah atau relokasi warga.
Untuk relokasi, kata dia, harus dipertimbangkan dan dikaji secara matang, terutama dari formasi tanahnya agar tidak mengalami nasib yang sama.
Bencana tanah bergerak terjadi di Desa Mendala, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jateng, sejak Kamis (17/4) lalu dan terus bertambah.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng setidaknya ada 120 kepala keluarga dan 442 jiwa yang terdampak, kemudian 114 rumah yang terimbas , tiga tempat ibadah, dan dua fasilitas pendidikan.*
Baca juga: BNPB mulai operasikan dua posko tanggap darurat bencana di Sukabumi
Baca juga: BNPB: Korban tanah bergerak di Sukabumi jangan lama tempati posko
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025