Diabetes di usia muda, DKI soroti gaya hidup masyarakat

1 month ago 17

Jakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyoroti perubahan gaya hidup masyarakat yang menjadi salah satu faktor munculnya ancaman penyakit diabetes melitus di usia muda.

"Kalau dulu mungkin era 20-30 tahun yang lalu kita lebih sering dengar orang dengan penyakit diabetes di umur-umur sudah lanjut usia (lansia) gitu ya. Kalau sekarang kan di umur muda 30-40 tahun sudah banyak yang menderita penyakit kencing manis, hipertensi," kata Wakil Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Lies Dwi di Rusunami Bidara Cina, Jakarta Timur, Senin.

Baca juga: ASN DKI didorong jadi panutan gaya hidup aktif warga

Menurut Lies, ancaman tersebut seringkali terjadi pada anak muda yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta.

"Diabetes melitus yang merupakan penyakit tidak menular memang menjadi ancaman di kota besar, termasuk Jakarta," ujar Lies.

Selain itu, gaya hidup remaja saat ini yaitu sedentari atau gaya hidup yang kurang melakukan aktivitas fisik.

Pola hidup minim aktivitas inilah yang dapat memicu risiko penyakit tidak menular. Belum lagi, pilihan makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak dalam kehidupan sehari-hari.

"Kalau kita lihat aktivitas sehari-hari kita, bahkan mulai dari remaja itu banyak yang sudah kurang jalan, kurang olahraga. Kemudian kebanyakan aktivitas sehari-harinya duduk karena di depan komputer atau menggunakan gadget yang terlalu lama," jelas Lies.

Baca juga: Tanggapan Pramono soal temuan 62 persen ASN Jakarta alami obesitas

Oleh karena itu, saat ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tengah berupaya menekan angka kemunculan penyakit tidak menular. Seperti pencegahan yang harus dilakukan lebih awal lagi untuk mengubah perilaku dan gaya hidup tidak sehat.

"Sehingga ini waktunya kita bergerak sama-sama untuk merubah perilaku tidak hanya pada orang yang kelompok dewasa atau lansia tapi justru kita harus mulai dari anak-anak," ucap Lies.

Berdasarkan laporan skrining kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, sebanyak 62,09 persen Aparatur Sipil Negara (ASN) DKI Jakarta mengalami obesitas.

Program skrining kesehatan itu dilakukan pada 2024 yang diikuti oleh 9.936 ASN, mencakup pengukuran indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, kebugaran jasmani, kadar gula darah sewaktu, hingga evaluasi kondisi kesehatan mental.

Dari 62,9 persen ASN DKI Jakarta yang mengalami obesitas, rincian Obesitas I sebesar 40,03 persen dan Obesitas II sebesar 22,06 persen.

Baca juga: Warga Jakarta diajak jalan kaki 7.500 langkah sehari selama 21 hari

Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |