China: Peluang perdamaian di Ukraina terbuka dari pertemuan AS-Rusia

1 week ago 6

Beijing (ANTARA) - Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyebut peluang perdamaian di Ukraina terbuka setelah adanya pertemuan langsung pejabat tinggi Amerika Serikat dan Rusia.

"China telah memperhatikan bahwa akhir-akhir ini seruan untuk perundingan damai meningkat dan jendela peluang untuk perdamaian terbuka," kata Menlu Wang Yi dalam sambutannya di pertemuan para menteri luar negeri G20 di Johannesburg, Afrika Selatan pada Kamis (20/2).

"Kami mendukung semua upaya yang didedikasikan untuk perdamaian, termasuk konsensus baru-baru ini yang dicapai antara Amerika Serikat dan Rusia," katanya menambahkan.

Dalam kesempatan berbeda, Menlu AS Marco Rubio melakukan pembicaraan dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov pada Selasa (18/2) di Istana Diriyah, Riyadh, Arab Saudi sebagai tindak lanjut dari pembicaraan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (12/2).

"Meskipun para pihak memiliki posisi yang berbeda dan sulit untuk menemukan solusi sederhana untuk masalah yang rumit, dialog selalu lebih baik daripada konfrontasi, dan perundingan damai lebih baik dari pada pertempuran," tambah Wang Yi.

Wang Yi juga menegaskan sikap China terhadap krisis Ukraina yaitu selalu menyerukan penyelesaian krisis yang cepat dan damai dan telah secara aktif mempromosikan perundingan damai sejalan dengan empat poin dari Presiden Xi Jinping tentang apa yang harus dilakukan.

"Kami berharap bahwa pihak-pihak terkait dapat menemukan solusi yang berkelanjutan dan jangka panjang yang mempertimbangkan kepentingan masing-masing," kata Wang Yi.

"Bertindak berdasarkan keinginan pihak-pihak terkait dan mengingat kekhawatiran masyarakat internasional, terutama negara-negara berkembang, China akan terus memainkan peran konstruktif dalam penyelesaian politik krisis ini," tambah Menlu China itu.

Sedangkan terkait kondisi di Timur Tengah, Wang Yi mengatakan api perang tidak boleh berkobar lagi, dan perjanjian gencatan senjata harus dilaksanakan secara terus-menerus dan efektif.

"Gaza dan Tepi Barat adalah tanah air rakyat Palestina. 'Orang Palestina memerintah Palestina' adalah prinsip penting yang harus ditegakkan dalam pemerintahan pasca konflik di Gaza, dan solusi dua negara adalah satu-satunya jalan keluar yang layak," ungkap Wang Yi.

Selain itu, masyarakat internasional juga harus menghormati pilihan yang dibuat oleh rakyat Suriah. "Dan pada saat yang sama, secara tegas mencegah kekuatan ekstremis menyebar dan memperoleh kekuatan di Suriah serta menolak teroris yang kejam mendapatkan tempat berlindung yang aman di Suriah," tambah Wang Yi.

Dalam pertemuan Marco Rubio dan Sergei Lavrov, disebutkan kedua pihak menetapkan mekanisme konsultasi untuk mengatasi hal-hal yang mengganggu hubungan bilateral, termasuk dengan kemungkinan penataan kembali staf kedutaan masing-masing negara.

Masing-masing tim juga akan mulai bekerja untuk mengakhiri konflik di Ukraina sesegera mungkin dengan mekanisme berkelanjutan dan dapat diterima oleh semua pihak.

Selain itu pembicaraan Rusia-AS juga meletakkan dasar kerja sama pada masa mendatang yang menjadi kepentingan geopolitik, peluang ekonomi maupun investasi bersejarah sebagai hasil keberhasilan penyelesaian konflik Ukraina.

Para pihak juga berjanji untuk tetap terlibat guna memastikan proses tersebut berjalan maju secara tepat waktu dan produktif, dan tentu saja satu kali telepon dan satu pertemuan tidak cukup, maka akan ada tindak lanjut agar benar-benar menyelesaikan konflik Ukraina yang sudah berlangsung sejak 24 Februari 2022.

Merespons pertemuan itu, negara-negara Eropa langsung mengadakan pertemuan darurat di Istana Elysee, Paris dan menyepakati untuk terus mendukung Ukraina tetapi berbeda pendapat mengenai pengerahan pasukan penjaga perdamaian.

Hubungan AS-Eropa mengalami ketegangan beberapa waktu terakhir, setelah Presiden Trump memulai diskusi langsung dengan Putin tentang perundingan perdamaian Ukraina tanpa keterlibatan Eropa.

Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth sebelumnya menekankan bahwa pasukan AS tidak akan menjadi bagian dari jaminan keamanan apa pun dan menyarankan agar negara-negara Eropa, bukan AS, menyediakan pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina.

Baca juga: Macron serukan peningkatan upaya militer untuk jamin keamanan Eropa

Baca juga: Diplomat: Negosiasi damai tak mungkin dilakukan tanpa Ukraina

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |