China membantah dianggap mengancam keamanan Jepang

2 months ago 21

Beijing (ANTARA) - Pemerintah China membantah isi "Buku Putih Pertahanan Jepang 2025" yang menyebut pertumbuhan dan aktivitas militer Tiongkok mengancam keamanan negara tetangganya tersebut.

"Buku putih tersebut mencerminkan persepsi yang salah tentang China, mencampuri urusan dalam negeri China, dan menyebarkan 'ancaman China' yang keliru. China sangat menyesalkan dan menentang keras hal ini, dan telah mengajukan protes kepada Jepang," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa.

Buku putih pertahanan Jepang 2025 tersebut mengungkapkan kekhawatiran atas aktivitas militer China yang dianggap dapat berdampak serius terhadap keamanan Jepang. Buku putih tersebut dipresentasikan dalam rapat Kabinet pada Selasa (15/7).

Dalam buku tersebut disebutkan China telah dengan cepat meningkatkan pengeluaran pertahanan nasionalnya, sehingga secara ekstensif dan cepat meningkatkan kemampuan militernya secara kualitatif dan kuantitatif, serta mengintensifkan aktivitasnya di Laut China Timur, termasuk di sekitar Kepulauan Senkaku (versi Jepang) dan Samudera Pasifik.

Selain itu, aktivitas militer di sekitar Taiwan juga semakin intensif dengan adanya beberapa kali latihan militer di laut dan wilayah udara. China dianggap berupaya menciptakan "fait accompli" di mana Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) beroperasi.

"Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah China. Masalah Taiwan murni urusan dalam negeri China dan bagaimana menyelesaikannya merupakan urusan China sendiri," tambah Lin Jian.

China, kata Lin Jian, berkomitmen pada pembangunan yang damai sehingga kebijakan pertahanan nasional China bersifat defensif. Selain itu, pengembangan pertahanan serta kegiatan militer China disebut sah dan dapat dibenarkan.

"Kerja sama militer China dengan negara lain sepenuhnya konsisten dengan hukum dan praktik internasional," ungkap Lin Jian.

Terlebih, kata Lin Jian, tahun ini merupakan peringatan 80 tahun kemenangan Perang Perlawanan Rakyat China Melawan Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia.

"Kami mendesak Jepang untuk merenungkan secara mendalam kejahatan historisnya, mengambil pelajaran dari sejarah, dan berhenti mencari dalih untuk pengembangan militernya dengan mengungkit 'ketegangan' di kawasan dan isu-isu terkait China," tambah Lin Jian.

Lin Jian pun menyebut Jepang perlu menghindari hilangnya kepercayaan lebih lanjut dari negara-negara tetangganya di Asia dan komunitas internasional.

"China berkomitmen pada pembangunan yang damai. Kebijakan pertahanan nasional China bersifat defensif," ungkap Lin Jian.

Dalam buku putih tersebut, Jepang menyebut selama lebih dari 30 tahun, China telah mempertahankan pertumbuhan anggaran pertahanan yang tinggi tanpa transparansi, terlibat dalam peningkatan kekuatan militer secara luas dan cepat, baik kualitatif maupun kuantitatif, dengan fokus pada kekuatan nuklir, rudal, angkatan laut, dan udara.

China juga telah mengintensifkan aktivitasnya di seluruh wilayah di sekitar Jepang, di Laut China Timur, khususnya di wilayah sekitar Kepulauan Senkaku (versi Jepang), Laut Jepang, dan Samudera Pasifik bagian barat.

Pada 2024, serangkaian insiden terjadi, termasuk pesawat militer China yang memasuki wilayah udara teritorial Jepang pada Agustus 2024 dan navigasi kapal induk Angkatan Laut China melalui wilayah maritim yang dekat dengan perairan teritorial Jepang pada September 2024.

Kemudian pada Mei 2025, menurut militer Jepang, satu helikopter memasuki wilayah udara teritorial Jepang setelah lepas landas dari kapal Penjaga Pantai China yang memasuki perairan teritorial Jepang di dekat Kepulauan Senkaku.

China juga disebut terus-menerus melanjutkan upaya sepihak untuk mengubah " status quo" dengan kekerasan di sekitar Kepulauan Senkaku.

China juga telah mengintensifkan aktivitasnya di Laut China Selatan yang dianggap bertentangan dengan tatanan laut yang ada dan mendorong pembangunan pangkalan militer.

Tindakan-tindakan tersebut dinilai militer Jepang mendorong perubahan "status quo" secara sepihak dengan paksaan dan menjadikannya "fait accompli" sehingga menyebabkan kekhawatiran serius bagi Jepang.

Isu-isu seputar Laut China Selatan berkaitan langsung dengan perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik menjadi kekhawatiran yang sah, tidak hanya bagi Jepang, yang memiliki jalur laut utama di Laut China Selatan, tetapi juga bagi seluruh komunitas internasional.

Selain itu China semakin memperkuat kerja samanya dengan Rusia, termasuk dalam kegiatan militer. China juga melakukan penerbangan pesawat pengebom dan navigasi Angkatan Laut bersama dengan Rusia di sekitar Jepang.

Kegiatan bersama yang berulang tersebut jelas ditujukan untuk menunjukkan kekuatan terhadap Jepang dan merupakan kekhawatiran serius dari perspektif keamanan nasional Jepang.

China dan Rusia juga sedang memperkuat kemampuan mereka untuk mengganggu penggunaan ruang angkasa oleh negara lain, dan pemerintah serta militer mereka terlibat dalam serangan siber.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |