China dan ASEAN rampungkan negosiasi peningkatan CAFTA 3.0

8 hours ago 5

Beijing (ANTARA) - China dan 10 negara ASEAN telah merampungkan negosiasi mengenai Kawasan Perdagangan Bebas China-ASEAN (China-ASEAN Free Trade Area/CAFTA) Versi 3.0, sebuah tonggak sejarah dalam kerja sama perdagangan bilateral yang akan menyuntikkan momentum dan stabilitas yang lebih besar ke dalam perekonomian dunia.

Pencapaian ini diumumkan dalam sebuah pertemuan daring khusus para menteri ekonomi dan perdagangan dari China dan ASEAN pada Selasa (20/5), menurut Kementerian Perdagangan China.

CAFTA 3.0 akan mengirimkan sinyal yang kuat untuk mendukung perdagangan bebas dan kerja sama terbuka, kata kementerian tersebut, dengan menyatakan bahwa perjanjian ini akan menyuntikkan kepastian yang lebih besar ke dalam perdagangan regional dan global. Selain itu, perjanjian ini akan menjadi sebuah model untuk keterbukaan, inklusivitas, dan kerja sama yang saling menguntungkan.

Diluncurkan pada 2010, CAFTA, zona perdagangan bebas terbesar di antara negara-negara berkembang ini telah mengalami peningkatan yang berkesinambungan, dengan perjanjian Versi 2.0 yang ditandatangani pada 2015 dan mulai berlaku pada 2019.

Dengan rampungnya negosiasi CAFTA 3.0, China dan 10 negara ASEAN akan berusaha untuk secara resmi menandatangani protokol peningkatan CAFTA 3.0 sebelum akhir tahun ini, demikian diungkapkan oleh kementerian tersebut.

Sebagai contoh kerja sama di seluruh kawasan Global South, penyelesaian negosiasi CAFTA 3.0 akan secara signifikan meningkatkan kerja sama China-ASEAN dalam hal kapasitas industri, teknologi, dan perdagangan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi negara-negara ASEAN, ujar Feng Gui, profesor hukum di Universitas Keuangan dan Ekonomi Guangxi (Guangxi University of Finance and Economics) di China selatan.

Menurut kementerian perdagangan China, CAFTA 3.0 akan memperkenalkan sembilan bab baru yang mencakup area-area seperti ekonomi digital, ekonomi hijau, dan konektivitas rantai pasokan.

Bab-bab baru ini merupakan terobosan besar karena akan membantu China dan ASEAN mendorong integrasi ekonomi regional yang lebih dalam dan lebih luas di tengah kondisi yang baru, serta akan memfasilitasi integrasi industri dan rantai pasokan kedua pihak, ujar kementerian tersebut.

Foto udara pada 30 April 2025 menunjukkan kapal kargo berlabuh di dermaga kontainer Pelabuhan Qingdao di Qingdao, Provinsi Shandong, China timur. ANTARA/Xinhua/Li Ziheng

"Aturan-aturan ini tidak hanya akan mengoptimalkan aliran faktor produksi lintas perbatasan yang efisien, tetapi juga memberikan dukungan kelembagaan untuk membangun rantai pasokan yang aman dan stabil," ujar Zhang, menjelaskan.

Menurut beberapa pakar, ekonomi digital akan menjadi sektor penting lain yang mendapat manfaat dari CAFTA 3.0, mengingat kerja sama yang lebih erat di bawah perjanjian ini akan membantu menjembatani kesenjangan digital antara China dan negara-negara ASEAN, sehingga membuka jalan bagi integrasi ekonomi lebih lanjut.

Pengalaman China dalam pengembangan infrastruktur digital diharapkan dapat memberikan investasi dan dukungan teknologi yang signifikan kepada negara-negara ASEAN, serta menciptakan lebih banyak peluang bagi usaha kecil dan menengah, ujar Chen Zhe, seorang profesor di Fakultas Ilmu Hukum Internasional di Universitas Ilmu Politik dan Hukum Barat Daya.

Negosiasi untuk CAFTA 3.0 telah melampaui perjanjian perdagangan bebas China sebelumnya dalam hal cakupan dan kedalaman, yang menunjukkan tekad negara tersebut untuk memperdalam keterbukaan di sektor ekonomi digital, tambah Chen.

"CAFTA 3.0 tidak hanya akan memperkuat kerja sama ekonomi dan perdagangan antara China dan negara-negara ASEAN, tetapi juga menggarisbawahi sikap proaktif China dalam secara aktif membentuk peraturan perdagangan digital internasional dan memajukan perkembangan ekonomi digital global," kata Chen.

Sebagai rumah bagi hampir seperempat populasi dunia, China dan ASEAN pada 2024 telah menjadi mitra dagang terbesar satu sama lain selama lima tahun berturut-turut. Nilai perdagangan bilateral melonjak dari semula di bawah 8 miliar dolar AS pada 1991 menjadi hampir 1 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp16.413) pada 2024.

Data dari Administrasi Umum Kepabeanan China menunjukkan bahwa dalam empat bulan pertama tahun 2025, perdagangan antara China dan ASEAN telah mencapai 2,38 triliun yuan (1 yuan = Rp2.277). Angka ini meningkat 9,2 persen dibanding periode yang sama pada 2024.

ASEAN dan China dapat memperdalam kemitraan mereka lebih lanjut, mencapai pembangunan bersama yang berkualitas tinggi, mendorong kerja sama di berbagai bidang seperti manufaktur cerdas, serta meningkatkan konektivitas dan transformasi hijau, demikian ungkap Kao Kim Hourn, sekretaris jenderal ASEAN, dalam pertemuan pada Selasa.

Para ahli menekankan bahwa penyelesaian negosiasi CAFTA 3.0 akan semakin memperkuat kerangka kerja institusional untuk kerja sama ekonomi dan perdagangan antara China dan ASEAN, dengan menjajaki pendekatan kerja sama yang berbasis aturan. CAFTA, melalui integrasi aturan dan standar, melepaskan diri dari model tradisional penetapan aturan dan standar yang didominasi oleh negara-negara maju.

Feng mengatakan bahwa di era yang ditandai dengan proteksionisme perdagangan global dan pemisahan diri (decoupling), China dan ASEAN, sebagai tetangga yang bersahabat dan model kerja sama ekonomi, memberikan dukungan baru bagi sistem perdagangan multilateral global.

"China bersedia bekerja sama dengan ASEAN untuk menjaga stabilitas dan kelancaran operasional rantai pasokan dan industri global, memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perkembangan kedua belah pihak, serta menjaga keadilan dan kesetaraan internasional," ujar Menteri Perdagangan China Wang Wentao.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |