MPR: Indonesia siap jadi mitra wujudkan tatanan dunia baru

7 hours ago 3
Teknologi dijadikan senjata. Rantai pasok dipolitisasi, dan transisi energi berlangsung secara tidak merata. Yang kami inginkan adalah kesempatan untuk membangun keseimbangan baru

Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) mengatakan Indonesia siap berperan aktif menjadi mitra utama dalam mewujudkan tatanan dunia baru, bukan hanya sebagai mitra dagang, tapi sebagai kekuatan setara yang siap membangun masa depan global yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.

“Indonesia siap, bukan sebagai pengamat pasif, tetapi sebagai mitra yang berprinsip dalam perdamaian, kemakmuran, dan kebijakan,” kata Ibas dalam keterangannya yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat

Hal tersebut disampaikan Ibas dalam acara “US-Indonesia Economic Security Roundtable (Global Policy and Strategy Initiative)” di Annenberg Conference Room, Stanford University, Palo Alto, Amerika Serikat (20/5).

Pada awal paparannya, Ibas menyoroti pentingnya menyambut kebangkitan China secara positif, sebagai peluang untuk memperkuat perdamaian dan menciptakan kemakmuran bersama.

Baca juga: MPR dorong kolaborasi ASEAN wujudkan ekonomi hijau-perdagangan adil

“Kita tahu bahwa Indonesia dan Amerika Serikat memiliki kemitraan strategis dalam hampir semua bidang. Saat ini, Indonesia sedang mencari keseimbangan kekuatan. Kebangkitan China akan membawa perdamaian, solusi, dan kemakmuran, seperti yang telah dilakukan Amerika Serikat bersama kami (Indonesia),” katanya.

Edhie Baskoro kemudian memaparkan bagaimana hubungan baik Indonesia-Amerika selama ini tertuang dalam berbagai kerja sama strategis.

“Dari Jakarta ke Washington, dari sawah di Jawa Tengah ke pusat data di Silicon Valley. Kita terikat tidak hanya perdagangan, kemitraan strategis, dan hubungan antar-masyarakat, tetapi juga oleh rasa saling percaya,” ungkapnya.

Ibas menyampaikan gagasan bahwa keamanan ekonomi bukan lagi soal angka, tapi narasi. Indonesia bertransformasi dari ketergantungan menuju martabat.

“Keamanan ekonomi sekarang bukan lagi hanya soal angka, tetapi tentang narasi. Ini adalah kisah tentang negara-negara yang memilih kerja sama daripada konfrontasi. Ini adalah perjalanan dari ketergantungan menuju martabat.”

Baca juga: Ibas tekankan pentingnya kerja sama perdagangan Indonesia-Singapura

Ibas, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Penasihat Kadin, turut menyoroti fragmentasi kebijakan global saat ini.

“Dan hari ini, kebijakan global sedang terfragmentasi. Seperti yang kita semua tahu, aturan sering kali dibuat oleh segelintir pihak, untuk keuntungan segelintir pihak,” ujarnya.

“Di wilayah Global South, saya tahu Dr. Condoleezza Rice kurang menyukai istilah ‘Global South’ termasuk Asia Tenggara, tidak hanya harus menjadi bagian dari percakapan, tapi juga turut membentuknya,” kata Ibas.

Dia kemudian menggarisbawahi bagaimana geoekonomi kini telah menjadi wajah baru geopolitik.

“Teknologi dijadikan senjata. Rantai pasok dipolitisasi, dan transisi energi berlangsung secara tidak merata. Yang kami inginkan adalah kesempatan untuk membangun keseimbangan baru,” kata Ibas

Oleh karena itu, pada kesempatan ini Ibas mengusulkan Trinitas Strategis untuk kemanan, keberlanjutan, serta kemakmuran yang inklusif berkelanjutan.

“Kami memiliki Rantai pasok yang tangguh; tata kelola digital yang berdaulat; diplomasi industri hijau,” ujarnya.

Baca juga: Ibas ajak anggota AIPA pererat kerja sama

Pada diskusi ini, Ibas juga mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat menjadi topik pembahasan bersama. Di antaranya “Bisakah kita merintis dan menjalankan Dana Ketahanan Bersama untuk mengatasi guncangan ekonomi, perdagangan, dan juga keberlanjutan lingkungan?”

“Dan apa peran dunia akademis, seperti Stanford, dalam melembagakan Policy Sandboxes, yakni wadah uji coba model tata kelola ekonomi baru sebelum diterapkan secara luas?”

Pada akhir paparannya, Ibas mengajak seluruh pihak untuk tidak terfokus hanya pada persaingan tapi perancang bersama tatanan dunia baru. Ia menegaskan kesiapan Indonesia mengambil peran aktif menjadi arsitek tatanan baru dunia.

"Mari kita tidak berbicara sebagai pesaing. Kami membutuhkan lebih banyak investor datang ke Indonesia untuk bekerja sama dan berkolaborasi, tetapi sebagai perancang bersama tatanan dunia yang baru. Mari kita tidak sekadar bereaksi terhadap disrupsi, tetapi merancang sistem yang adil, berkelanjutan, dan berdaulat," tuturnya.

.

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |