Jakarta (ANTARA) - Saat memiliki trauma, keluarga adalah tempat terakhir untuk merasakan aman, namun sering keluarga berjuang untuk memahami dampak trauma dan menanggapinya dengan ketidakpercayaan, meremehkan, atau penolakan langsung.
Ditulis laman Psychology Today, Rabu, terapis penyembuhan Stacey R Pinatelli Psy.D mengatakan respons ini tidak hanya gagal, tetapi juga dapat memperdalam luka trauma yang tersisa dan memperparah rasa sakit dari pengalaman awal.
“Diputuskan oleh keluarga bukan hanya tentang kehilangan hubungan. Ini tentang kehilangan rasa memiliki, identitas, dan keamanan. Ini semua adalah hal-hal yang secara biologis kita butuhkan sejak kecil,” kata Stacey.
Ketika disakiti oleh keluarga dan kemudian ditinggalkan oleh keluarga lagi setelah menyebut luka itu, kehilangan itu berlapis dan rumit karena kehilangan hubungan, kehilangan harapan bahwa akan diperhatikan, diakui, atau bahkan dihormati karena bertahan hidup.
Baca juga: Pengasuhan dan trauma masa kecil jadi faktor remaja bertindak negatif
Baca juga: Cara pemulihan trauma dan mental setelah alami penganiayaan fisik
Stacey mengatakan, saat keluarga menjauhkan diri dari disfungsi atau mempertahankan diri, penting untuk menyadari bahwa tidak semua melakukannya karena alasan yang sengaja merugikan. Beberapa menjauhkan diri karena mereka tidak dapat menoleransi kebenaran yang dituntut kepada mereka.
"Kebenaran sering kali menuntut pertanggungjawaban, kesedihan , dan konfrontasi dengan rasa malu. Hal-hal yang dapat terasa sangat berat bagi mereka yang tidak siap atau tidak mau menanggungnya,” jelasnya.
Stacey mengatakan ada beberapa cara untuk kembali bangkit dan berdamai dengan kehilangan tersebut dengan menemukan keluarga baru yang lebih menghargai rasa sakit dan kekuatan.
Ciptakan rutinitas dan praktik penuh perhatian serta pelajari memercayai suara hati setelah diragukan.
Selain itu Stacey juga menyarankan mencari dukungan profesional untuk mengatasi kesedihan karena keretakan keluarga.
Stacey juga memberi saran kepada seseorang yang mendampingi rekannya yang putus hubungan dengan keluarga, bisa dengan dukungan memberikan ruang untuk mengekspresikan kompleksitas kesedihannya.
“Jangan terburu-buru memaksa mereka untuk ‘melanjutkan hidup’ dengan mengatakan bahwa hubungan itu ‘beracun’. Duduklah bersama mereka dalam kesakitan itu. Itu sendiri merupakan penyembuhan,” katanya.
Baca juga: 8 tips perbaiki trauma mental anak akibat sering dimarahi
Baca juga: Upaya yang bisa dilakukan untuk bantu pemulihan korban perundungan
Penerjemah: Fitra Ashari
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025