Jakarta (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menekankan komitmennya sebagai kontak pertama dengan pihak luar, yakni Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (USFDA), untuk menangani masalah kontaminasi Cesium-137 sebagai upaya menjaga kelangsungan ekonomi dan reputasi.
Kepala BPOM, Taruna Ikrar mengatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan berbagai kementerian dan lembaga terkait dalam penanganan kasus kontaminasi material radioaktif ini. Sebagai badan regulator keamanan pangan, pihaknya menjadi contact point yang bertugas menjaga kepercayaan dari negara lain, dalam hal ini USFDA.
"Oleh karena itu, Badan POM tidak bisa kerja sendiri, kita kerja sama dengan Badan Riset dan Badan Tenaga Atom," kata Taruna di Jakarta, Selasa.
Baca juga: BPOM: Keamanan pangan yang baik mampu dukung pertumbuhan ekonomi
Dia menjelaskan bahwa targetnya adalah menurunkan level peringatan atau alert yang diberikan USFDA terhadap Indonesia.
"Kan itu targetnya kita sebagai bangsa Indonesia ya. Nah termasuk red listnya nanti kita berharap hilang, turun jadi yellow list, yang yellow list juga bisa hilang," katanya.
Adapun USFDA menerapkan persyaratan sertifikasi impor dari pIant Indonesia dengan dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu Red List dan Yellow List. Persyaratan sertifikat pengiriman ini diperlukan untuk setiap entri pengiriman.
Taruna menyoroti perlunya mengatasi masalah ini, karena dampaknya ke ekonomi.
Dia menyebutkan bahwa kontribusi produk-produk pangan olahan mencapai sekitar Rp500 triliun. Jumlah ini belum termasuk produk-produk pertanian dan produk perikanan, yang begitu besar nilai ekonominya.
"Taruh lah misalnya udang, itu sangat besar. Sangat besar dikirim ke Amerika. Nah sekarang kita balik. Misalnya, udang itu kan 400 kontainer. Ini semua dikembalikan. Berapa jumlahnya, yang bisa menghitung teman-teman di KKP. Ternyata, tetapi hitungan kita kemarin triliunan rupiah," katanya.
Kedua, katanya, adalah dampak ke reputasi. Dia mencontohkan, dengan adanya kasus rempah-rempah yang juga terkontaminasi Cs-137, pangan olahan yang menggunakan rempah-rempah tersebut juga akan bermasalah ekspornya.
"Contohnya, Saudi Arabia sudah melarang kita punya udangnya. Artinya, ini persoalan serius," katanya.
Oleh karena itu, dia menekankan komitmen pihaknya untuk bekerja secara profesional dan berbasis data dan sains guna menjaga keamanan pangan, baik yang diekspor maupun dikonsumsi dalam negeri.
Baca juga: BPOM berikan penjelasan ke FDA AS, pastikan keamanan produk ekspor RI
Baca juga: BPOM lakukan evaluasi cegah komoditas terpapar radioaktif dikonsumsi
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq mengatakan pada Rabu (15/10) bahwa hasil penelusuran memastikan kelalaian pabrik PT Peter Metal Technology (PMT) menyebabkan cemaran radioaktif Cesium-137 di kawasan industri Cikande, Kabupaten Serang, Banten.
Kemudian, pada Senin (20/10), KLH menyebutkan bahwa sebanyak 248,4 ton material terkontaminasi radionuklida Cesium-137 (Cs-137) diangkat dari 13 lokasi di luar kawasan industri Cikande, Kabupaten Serang, Banten, yang kemudian disimpan di interim storage PT PMT guna mencegah penyebaran paparan radiasi ke lingkungan sekitar.
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































