Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berpotensi mencapai empat meter di sejumlah wilayah perairan Indonesia pada 1—4 September 2025.
Direktur Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa pola angin menjadi faktor utama peningkatan gelombang tersebut. Di wilayah utara Indonesia, angin umumnya bergerak dari selatan hingga barat daya dengan kecepatan 6—25 knot, sementara di wilayah selatan dominan dari timur hingga tenggara dengan kecepatan 8—25 knot.
“Kecepatan angin tertinggi terpantau di Samudra Hindia barat Lampung, Samudra Hindia selatan Jawa, Laut Natuna Utara, Laut Jawa bagian timur, dan Selat Makassar bagian selatan,” ujarnya.
Kondisi itu menurut dia, memicu gelombang setinggi 1,25—2,5 meter di sejumlah perairan, di antaranya Laut Natuna Utara, Laut Jawa bagian timur dan tengah, Laut Bali, Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafuru, serta Laut Maluku.
Adapun gelombang lebih tinggi, dengan kisaran 2,5—4 meter, berpotensi terjadi di Samudra Hindia barat Aceh, barat Bengkulu, barat Lampung, barat Kepulauan Mentawai, selatan Banten, selatan Jawa, selatan Bali, selatan Nusa Tenggara Barat (NTB), dan selatan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca juga: BMKG imbau warga Sulut waspadai cuaca ekstrem hingga 7 September
BMKG menekankan potensi gelombang tinggi tersebut dapat berisiko terhadap keselamatan pelayaran. Perahu nelayan, kapal tongkang, kapal feri, hingga kapal besar seperti kargo dan pesiar perlu menyesuaikan dengan kondisi angin serta ketinggian gelombang.
“Nelayan maupun operator kapal agar selalu memperhatikan informasi prakiraan cuaca maritim sebelum melaut,” kata Eko, seraya mengimbau masyarakat pesisir tetap waspada terhadap dampak gelombang tinggi, terutama yang bermukim atau beraktivitas di wilayah rawan terdampak ombak besar.
Baca juga: BMKG prakirakan hujan ringan-petir melanda mayoritas wilayah hari ini
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.