Sampit (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah melakukan observasi lapangan menindaklanjuti laporan warga terkait dengan orang utan merusak kebun dan menimbulkan keresahan warga.
“Kami melakukan giat observasi atas laporan warga mengenai gangguan orang utan yang masuk ke areal kebun buah-buahan,” kata Komandan BKSDA Resort Sampit Muriansyah di Sampit, Sabtu.
Ia mengatakan laporan kali ini diterima dari warga Dusun Rongkang, Desa Natai Baru, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, tepatnya di kilometer 26 Jalan Jenderal Sudirman Sampit.
Setelah menerima laporan tersebut, BKSDA Resort Sampit melakukan observasi lapangan dan bertemu langsung dengan pelapor bernama Ijan dan warga lainnya bernama Tamrin.Namun, saat tiba di lokasi tidak ditemukan keberadaan orang utan dimaksud.
Baca juga: Kemenhut melepasliarkan dua orang utan di TN Betung Kerihun
Kendati demikian, ditemukan jejak dari hewan primata tersebut berupa satu sarang kelas satu dan bekas buah-buahan yang habis dimakan. Sarang kelas satu artinya sarang itu masih baru, utuh, dan daun-daunnya masih segar berwarna hijau.
“Keterangan dari kedua warga itu, orang utan yang pernah terlihat berjumlah satu individu, berukuran besar dan sering memakan buah-buahan di kebun serta mematahkan dahan pohon buah,” katanya.
Berdasarkan pengakuan warga, ujarnya, sebenarnya mereka tidak terlalu mempermasalahkan terkait buah yang dimakan, tetapi yang menjadi kekhawatiran, yakni kalau satwa itu menyerang warga.
Selain itu, warga juga takut kalau pohon-pohon buah yang ada di kebunnya mati karena dirusak orang utan, sehingga warga berharap satwa tersebut bisa diamankan atau dievakuasi oleh pihak berwenang.
Oleh karena keberadaan orang utan tidak ditemukan, BKSDA Resort Sampit meminta warga apabila satwa itu kembali muncul untuk memantau pergerakan, dan segera melapor agar pihaknya bisa mempersiapkan untuk penyelamatan.
“Kami juga menjelaskan terkait perilaku orang utan dan teknik pemantauan pergerakan orang utan,” katanya.
Baca juga: BRIN: Orang Utan Tapanuli prioritas konservasi karena terancam punah
Baca juga: BKSDA perkuat penyelamatan orang utan di Aceh
Baca juga: Bali Zoo dukung konservasi orang utan
Pewarta: Muhammad Arif Hidayat/Devita Maulina
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.