BI: Ekonomi triwulan III akan didorong ekspor dan belanja pemerintah

20 hours ago 2
Utamanya ke negara-negara seperti India dan Tiongkok ini masih tinggi, dan ini juga merupakan salah satu driver dari pertumbuhan ekonomi di triwulan III.

Bukittinggi (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memandang bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2025 akan didorong oleh kinerja ekspor yang positif, terutama ekspor nonmigas, serta belanja pemerintah yang berkontribusi pada penguatan permintaan domestik.

Khusus pada sisi ekspor, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) BI Juli Budi Winantya mengungkapkan bahwa data terkini menunjukkan ekspor komoditas tertentu seperti minyak kelapa sawit (CPO) dan besi baja masih tinggi.

“Utamanya ke negara-negara seperti India dan Tiongkok ini masih tinggi, dan ini juga merupakan salah satu driver dari pertumbuhan ekonomi di triwulan III,” kata Juli dalam media gathering, di Bukittinggi, Sumatera Barat, Jumat.

BI juga memperkirakan, kinerja ekonomi pada semester II-2025 akan lebih baik dibandingkan semester sebelumnya.

Perbaikan ini ditopang oleh berbagai faktor, termasuk dukungan kebijakan pemerintah melalui pelaksanaan program-program prioritas di sektor ketahanan pangan, energi, dan lainnya, serta tambahan program bantuan sosial yang akan disalurkan pada triwulan IV.

Di sisi lain, bauran kebijakan Bank Indonesia yang telah ditempuh, baik di bidang moneter, makroprudensial, maupun sistem pembayaran, juga diharapkan mampu memperkuat pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun ini.

Dengan berbagai dukungan tersebut, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2025 akan berada sedikit di atas titik tengah kisaran 4,6-5,4 persen, dan berpotensi meningkat lebih baik lagi pada 2026.

Sementara itu, dari sisi ketahanan eksternal, BI mencatat bahwa Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) masih berdaya tahan, dengan defisit transaksi berjalan pada 2025 yang diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.

Kinerja ekspor nonmigas hingga September 2025, terutama dari komoditas minyak kelapa sawit dan besi baja ke India dan Tiongkok, menjadi salah satu faktor pendukung perbaikan tersebut.

Meski demikian, BI memperkirakan adanya tekanan pada sisi arus keuangan, dengan terjadinya net outflows investasi portofolio pada triwulan III akibat meningkatnya ketidakpastian global.

Adapun posisi cadangan devisa tetap solid, mencapai 148,7 miliar dolar AS pada akhir September 2025 atau jauh berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“Ke depan (pada 2026), kita perkirakan NPI ini masih akan tetap baik. Defisit transaksi berjalan juga masih akan terjaga, serta arus modal asing akan kembali masuk dan meningkat ke Indonesia seiring dengan prospek ekonomi Indonesia yang diharapkan akan lebih baik ke depannya,” kata Juli pula.

Baca juga: BI: Ekonomi RI tetap baik namun harus didorong agar sesuai kapasitas

Baca juga: Memanfaatkan bonus demografi sebagai lokomotif pertumbuhan Asia

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |