Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta siap memperkuat sinergi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Jakarta di berbagai sektor agar tinggi, inklusif dan berkelanjutan.
Kepala Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta Arlyana Abubakar dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis, menyatakan sinergi ini juga guna mewujudkan Jakarta sebagai kota global yang berdaya saing.
"Ke depan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta akan terus memonitor perkembangan berbagai indikator perekonomian baik di tingkat daerah, nasional, maupun global," kata dia.
Adapun merujuk data dari Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, perekonomian Jakarta tumbuh sebesar 5,01 persen pada triwulan IV-2024 dibandingkan triwulan sebelumnya, 4,93 persen (year on year/yoy).
Ekonomi Jakarta memiliki pangsa pasar 16,48 persen terhadap nasional.
Baca juga: Ekonomi Jakarta tumbuh 2,68 persen pada triwulan IV-2024
Dari sisi permintaan, pertumbuhan terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor. Kemudian dari sisi lapangan usaha (LU) utama, pertumbuhan terutama didorong oleh LU perdagangan, LU konstruksi, LU informasi dan komunikasi (Infokom), serta LU industri pengolahan.
Berdasarkan perkembangan tersebut, secara keseluruhan tahun 2024, ekonomi Jakarta tumbuh 4,90 persen (kumulatif/c to c), sedikit lebih rendah dari 2023 sebesar 4,96 persen (c to c) dan sedikit di bawah nasional 5,03 persen (c to c).
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tinggi tumbuh tinggi sebesar 5,14 persen (yoy), meski sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya, 5,26 persen (yoy).
"Tingginya pertumbuhan ditopang oleh HBKN Nataru (Hari Besar Keagamaan Nasional, Natal dan Tahun Baru) dan berlangsungnya berbagai kegiatan dan MICE pada akhir tahun," ujar Arlyana.
Sementara itu, investasi tumbuh tinggi sebesar 7,54 persen (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya, 4,27 persen (yoy).
Baca juga: BI proyeksi ekonomi Jakarta tumbuh 4,7-5,5 persen pada 2025
Arylana mengatakan bahwa meningkatnya pertumbuhan terutama didorong oleh investasi bangunan sejalan dengan berlanjutnya berbagai proyek strategis pemerintah dan swasta yang bersifat multitahun.
Selanjutnya, ekspor juga mencatatkan peningkatan menjadi sebesar 14,66 persen (yoy) dari triwulan sebelumnya, 13,40 persen (yoy).
Hal ini didorong oleh terus membaiknya ekspor produk otomotif serta peningkatan ekspor untuk komoditas lainnya seperti pakaian dan aksesorinya, produk kimia serta logam mulia dan perhiasan atau permata.
Sementara itu, konsumsi pemerintah tercatat tumbuh melambat menjadi 5,20 persen (yoy), dari triwulan sebelumnya, 11,85 persen (yoy). Perlambatan terutama bersumber dari front-loading pada awal tahun, utamanya terkait belanja Pemilu.
Dari sisi lapangan usaha, Arlyana mengatakan, pertumbuhan terutama ditopang oleh LU Perdagangan yang tumbuh tinggi 7,26 persen (yoy), meski sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya, 7,96 persen (yoy), didukung oleh tingginya aktivitas masyarakat saat HBKN Nataru.
Baca juga: BI DKI komitmen kendalikan inflasi melalui sistem pembayaran digital
Selanjutnya, LU konstruksi juga menjadi penopang dengan pertumbuhan sebesar 9,39 persen (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, 5,65 persen (yoy).
"Hal ini sejalan dengan investasi yang juga tumbuh tinggi. LU infokom tumbuh 4,36 persen (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya, 4,27 persen (yoy), didorong oleh tingginya penggunaan data dan internet saat HBKN Nataru.
Kemudian, LU industri pengolahan juga mencatatkan pertumbuhan yakni sebesar 1,35 persen (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, 1,33 persen (yoy), terutama didorong oleh perbaikan ekspor otomotif serta pemenuhan permintaan dalam negeri untuk HBKN Nataru.
Sementara itu, LU jasa keuangan tumbuh lebih rendah menjadi sebesar 2,60 persen (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 6,09 persen (yoy), sejalan dengan melambatnya penyaluran kredit.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025