Jakarta (ANTARA) -
Bank Indonesia (BI) siap menerbitkan instrumen baru dengan suku bunga mengambang bernama Bank Indonesia Floating Rate Notes (BI-FRN), untuk memperdalam pasar uang dan mendorong pengembangan pasar Overnight Index Swap (OIS) berbasis INDONIA.
“Kita akan issue, rencananya tanggal 17 ini (bulan ini). Mudah-mudahan tidak ada kendala karena ini kita sudah siapkan semua,” kata Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) BI Fitra Jusdiman dalam Taklimat Media di Jakarta, Jumat.
BI-FRN merupakan surat berharga berdenominasi rupiah dengan suku bunga mengambang (floating rate) yang dihitung berdasarkan compounded INDONIA ditambah margin tertentu.
Besaran kuponnya akan dihitung berdasarkan rata-rata majemuk (compounded) suku bunga harian INDONIA selama periode berjalan, sehingga persentase kupon final baru diketahui saat jatuh tempo. Hal ini berbeda dengan instrumen BI lainnya yang menetapkan imbal hasil di awal.
Instrumen ini memiliki karakter mirip dengan operasi moneter (OM) kontraksi lainnya, namun dirancang untuk mendorong pengembangan OIS market berbasis INDONIA.
Penerbitan BI-FRN merupakan langkah awal BI untuk memperkenalkan instrumen berbunga mengambang di pasar domestik. Instrumen ini diharapkan dapat menjadi acuan baru bagi pengembangan transaksi berbasis suku bunga mengambang dan memperkuat pendalaman pasar uang.
BI-FRN bersifat tradable atau dapat diperdagangkan di pasar sekunder, dengan tenor antara 1 hingga 12 bulan. Pada tahap awal, penerbitan dilakukan secara terbatas melalui 20 dealer utama, yang kemudian dapat memperdagangkannya kepada pelaku pasar lain, termasuk lembaga nonbank dan investor nonresiden.
Sementara itu, Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan (DPPK) BI Agustina Dharmayanti menambahkan bahwa pengembangan pasar OIS merupakan bagian dari reformasi acuan suku bunga pasar domestik (domestic benchmark rate).
Secara global, arah penggunaan benchmark rate kini mengarah pada suku bunga yang berbasis data transaksi riil agar lebih akurat mencerminkan kondisi pasar dan meningkatkan kredibilitas acuan tersebut.
Ia mencontohkan, di Jepang, Singapura, Thailand, dan Amerika Serikat, acuan berbasis transaksi telah digunakan dalam berbagai produk keuangan.
Tina mengatakan, Indonesia juga tengah menjalani reformasi serupa. JIBOR yang berdasarkan kuotasi akan berakhir pada akhir 2025 dan digantikan oleh compounded INDONIA sebagai acuan transisi, sebelum OIS diharapkan mulai digunakan sebagai acuan suku bunga pasar berbasis transaksi pada 2028.
“Setelah masa transisi ini, kita harapkan OIS yang kita kembangkan dari sekarang ini, itu sudah lebih banyak, sehingga nanti di 2028 dan seterusnya, dia sudah bisa menjadi reference rate,” kata Tina.
Sebelumnya, rencana BI-FRN dan pengembangan OIS telah diungkapkan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Oktober 2025, Rabu (22/10).
Perry mengatakan, bank sentral terus memperkuat strategi operasi moneter pro-market salah satunya dengan menerbitkan BI-FRN dan pengembangan OIS untuk tenor di atas overnight untuk membentuk struktur suku bunga yang berdasarkan transaksi di pasar uang.
Selain itu, Perry juga mengungkapkan langkah perluasan underlying repo dengan surat berharga berkualitas tinggi lainnya, selain SBN, yang diterbitkan oleh lembaga jasa keuangan yang dibentuk atau didirikan pemerintah.
Baca juga: BI: Cadangan devisa Oktober 2025 naik jadi 149,9 miliar dolar AS
Baca juga: BI: Harga properti residensial pada triwulan III-2025 tumbuh terbatas
Baca juga: BI perluas underlying repo pekan depan, tahap awal pakai obligasi SMF
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































