Benarkah buah rambutan bikin batuk? Cek faktanya di sini

1 month ago 18

Jakarta (ANTARA) - Rambutan merupakan salah satu jenis buah tropis yang seringkali ditemui di Indonesia. Buah ini juga menjadi salah satu yang favorit di antara buah lainnya.

Namun, ada anggapan bahwa buah rambutan dapat menyebabkan batuk. Apakah ini mitos atau fakta? Simak penjelasannya di bawah ini.

Rambutan atau Nephelium lappaceum sangat mudah dijumpai di Indonesia. Buah yang satu ini juga sering kali dikonsumsi dan ditanam masyarakat karena rasanya yang manis dan segar.

Rasa manis ini berasal dari kandungan gula alami pada buah rambutan yang telah matang dan yang sering dianggap menjadi penyebab batuk.

Baca juga: 12 mitos dan fakta mengenai asam urat

Faktanya, batuk yang disebabkan oleh rambutan tidak serta merta sesederhana itu.

Mengkonsumsi rambutan tidak selalu menyebabkan batuk. “Belum ada studi ilmiah yang menunjukkan bahwa makan rambutan berkaitan langsung dengan batuk. Kandungan di dalam rambutan pun sebenarnya tidak sebabkan batuk” ujar dr. Resthie Rachmanta, M.Epid., dilansir dari Klikdokter.

Menurutnya, gula alami pada rambutan lah yang mungkin dapat menimbulkan batuk, karena kandungannya cukup banyak dan sifatnya yang cenderung pekat sehingga mudah melekat di tenggorokan. Akan tetapi, reaksi ini tergantung kepada masing-masing individu yang mengonsumsi.

Bagi orang yang sedang mengalami sakit batuk atau radang tenggorokan, buah rambutan bisa merangsang tenggorokan untuk memproduksi lendir lebih banyak. Hal ini mengakibatkan tenggorokan berusaha mengalirkan gula alami dari rambutan dengan batuk.

Oleh karena itu, jika Anda sedang batuk, sebaiknya hindari dulu makan rambutan. Bila memang ingin mengonsumsi-nya, jangan lupa minum air hangat setelahnya untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada tenggorokan.

Sejatinya anggapan bahwa makan rambutan dapat menyebabkan batuk bukan sepenuhnya mitos, tetapi juga bukan fakta yang universal. Penyebab utamanya sering kali terkait dengan kandungan gula yang tinggi, residu di tenggorokan, atau sensitivitas individu saat mengonsumsi buah tersebut.

Baca juga: Mitos atau fakta, donor darah saat puasa memperburuk kesehatan

Baca juga: Mitos dan fakta seputar dermatitis atopik atau eksim

Baca juga: Mitos dan fakta mengenai ikan oarfish

Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024

Read Entire Article
Rakyat news | | | |