Belajar dari Ibu Oki merefleksikan tujuan pembangunan berkelanjutan

3 hours ago 1
Filosofinya ya kemandirian sih. Kemandirian wanita, perempuan. Itu yang selalu menguji saya untuk tetap ada di sini

Jakarta (ANTARA) - Hari Ibu sering kali dirayakan sebagai bentuk penghormatan simbolis, tapi bagi Ni Luh Sri Maryawati alias Ibu Oki, pemilik Warung Nasi Ayam Ibu Oki, momen ini adalah cermin dari tanggung jawab nyata perempuan dalam menjaga masa depan melalui kemandirian ekonomi.

Di warungnya yang berlokasi di Nusa Dua, Minggu (21/12), Maryawati menunjukkan perannya sebagai ibu di era modern yang bisa meluas hingga ke garis depan penggerak ekonomi melalui kemandirian usaha yang berdampak bagi masyarakat luas.

Antrean panjang wisatawan dan warga lokal sudah terlihat di depan warung Ibu Oki sejak pukul 07.00 WITA. Mereka menanti seporsi nasi campur ayam dengan cita rasa Bali yang terdiri dari nasi putih, sayur lawar kacang panjang, ayam betutu, ayam suwir, ayam goreng khas Bali, sate lilit, dan sambal matah.

Bagi perempuan asal Gianyar itu, melihat pelanggan menghabiskan makanannya adalah bentuk apresiasi paling jujur terhadap dedikasinya di balik dapur.

"Momen mengharukan itu saat mereka makan, terus yang di piring itu sampai habis," kata Maryawati. Kepuasan pelanggan baginya merupakan hasil dari pola manajemen produksi yang disiplin dan bervisi jangka panjang.

Konsistensi dan Inovasi

Konsistensi layanan di tengah lonjakan pembeli menuntut inovasi pada manajemen produksi. Dalam sejarah perjalanan bisnisnya, Maryawati sempat mengoperasikan dapur pusat di kawasan Sunset Road untuk memastikan operasional cabang-cabang lainnya tetap stabil.

"Dulu ada dapur juga di Sunset Road. Di situ kita bikin dapur untuk cabang-cabang yang lain," jelasnya.

Langkah membuat dapur terpisah dari warung diambil agar arus pesanan daring tidak mengganggu kenyamanan pelanggan yang makan di tempat, inilah bagian dari strategi menjaga konsistensi layanan yang diterapkan oleh perempuan kelahiran tahun 1977 itu.

Selain itu, sistem produksi menu makanan mengandalkan ketangkasan sumber daya manusia secara langsung, alih-alih kecanggihan mesin. Maryawati menegaskan bahwa kecanggihan operasionalnya bukan pada mesin, melainkan pada kemampuan alami timnya.

"Selama ini kami melayani customer makan di tempat sama online-online secara langsung, kami masih bisa. Kepegang. Karena dapurnya cukup canggih. Orangnya maksudnya ya. Orangnya," kata Maryawati.

Pengembangan kapasitas manusia ini sejalan dengan SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), di mana kecakapan sumber daya manusia menjadi penentu utama dalam mengolah bahan baku produksi.

Kecakapan tim dapur Ibu Oki paling teruji saat mengolah ayam petelur merah yang sudah tidak produktif atau ayam afkir. Ayam ini berasal dari peternakan yang siklus bertelurnya sudah selesai.

Baca juga: Menkomdigi menilai era digital berikan ruang berkembang bagi perempuan

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |