Beijing (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri China menyebut Amerika Serikat yang masih menggunakan alasan fentanil untuk menerapkan tarif impor terhadap barang-barang Tiongkok dapat menjadi penghalang untuk dialog dagang kedua negara.
"Meskipun China telah menunjukkan niat baik, AS secara keliru mengenakan tarif atas impor dari China dengan menggunakan alasan fentanil. Langkah tersebut telah memberikan pukulan berat bagi dialog dan kerja sama China-AS dalam pemberantasan narkotika dan sangat merugikan kepentingan China," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa.
Pada Minggu (11/5), kedua negara sudah sepakat memangkas tarif impor atas produk masing-masing secara drastis berdasarkan negosiasi yang dihadiri oleh Wakil Perdana Menteri (PM) China He Lifeng dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent di Geneva, Swiss.
Dalam pernyataan bersama kedua negara, AS disebut akan memangkas tarif "timbal balik" atas barang-barang China menjadi 10 persen tapi tetap mempertahankan tarif tambahan 20 persen agar Beijing dapat bertindak lebih banyak untuk menekan perdagangan ilegal fentanil.
Artinya AS mengurangi tarif atas barang-barang asal China dari 245 persen menjadi "hanya" 30 persen. AS juga mengatakan tarif impor yang lebih tinggi ditangguhkan selama 90 hari, bukan dihapus secara permanen.
Sementara, China juga mengurangi tarif impor balasan yang diberlakukan sebagai respon terhadap tarif impor dari AS menjadi 10 persen, yang kembali ditangguhkan selama tiga bulan.
Artinya, China menurunkan tarif atas produk AS dari 125 persen menjadi 10 persen. China juga setuju untuk "menangguhkan atau menghapus" semua tindakan nontarif terhadap AS termasuk tarif khusus meski tarif untuk barang-barang seperti baja dan mobil, tetap berlaku.
Lin Jian mengatakan bahwa fentanil adalah masalah AS, bukan masalah China sehingga AS sebagai pihak bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah tersebut.
"Jika AS benar-benar ingin bekerja sama dengan China, AS harus berhenti menjelek-jelekkan dan menyalahkan China, dan mengupayakan dialog dengan China berdasarkan kesetaraan, rasa hormat, dan saling menguntungkan," tambah Lin Jian.
Kesepakatan pemangkasan tarif China dan AS itu mulai berlaku pada 14 Mei 2025.
Meski bersifat sementara, kesepakatan tersebut menjadi langkah paling signifikan dalam upaya meredakan ketegangan dagang sekaligus memberi angin segar bagi pasar global yang selama ini dihantui ketidakpastian.
Dalam pernyataan bersama tersebut, kedua negara juga menekankan pentingnya membangun hubungan dagang yang "berkelanjutan, jangka panjang, dan saling menguntungkan."
Sebagai bagian dari upaya tersebut, kedua belah pihak akan membentuk mekanisme dialog baru untuk menjaga momentum pembicaraan, yang akan dipimpin oleh Wakil PM China He Lifeng, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer.
Pertemuan lanjutan akan diselenggarakan secara bergiliran di China, Amerika Serikat, atau negara ketiga yang disepakati bersama. Diskusi teknis tingkat bawah juga akan dilakukan sesuai kebutuhan.
Atas kesepakatan tersebut, Presiden AS Trump mengeklaim bahwa telah terjadi "reset total" (pengaturan kembali sepenuhnya) dalam hubungan antara Amerika Serikat dan China.
"Demi kebaikan China dan AS, kami ingin China lebih terbuka terhadap bisnis Amerika. KEMAJUAN BESAR TELAH DICAPAI!!!,” tulis Trump lebih lanjut di platform Truth Social.
Baca juga: China janjikan kredit 66 miliar yuan bagi Amerika Latin dan Karibia
Baca juga: Penurunan tarif impor AS-China awal yang baik bagi UMKM
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025