Banggar DPR harap RI dorong anggota OKI bersatu lewat Konferensi PUIC

6 hours ago 2
Kita berharap melalui rekomendasi PUIC, dunia Islam mampu memanifestasikan ajaran-ajaran Islam yang rahmatan lil alamin untuk memberikan jalan keluar atas berbagai masalah yang ada

Jakarta (ANTARA) - Ketua Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Said Abdullah berharap Indonesia, melalui Konferensi Ke-19 Uni Parlemen Negara Anggota OKI (PUIC), bisa mendorong agar pemerintah negara-negara anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) bisa bersatu.

Sebab, kata dia, saat ini dunia menghadapi persaingan ekonomi dan politik, seperti perang tarif perdagangan yang telah merusak tatanan perdagangan global, perubahan iklim, kemiskinan, kesenjangan sosial, serta ketegangan geopolitik.

"Kita berharap melalui rekomendasi PUIC, dunia Islam mampu memanifestasikan ajaran-ajaran Islam yang rahmatan lil alamin untuk memberikan jalan keluar atas berbagai masalah yang ada," kata Said dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.

Dengan demikian, diharapkan pula para negara anggota OKI bisa menghentikan agresi militer Israel ke Palestina dan memulihkan kembali peradaban yang damai di Palestina.

Sebagai kekuatan peradaban, menurutnya, negara-negara OKI harus mampu menjadi pelopor bagi perdamaian dunia dan tata dunia yang lebih baik.

Ia mengaku sedih lantaran banyak negara berpenduduk Muslim terlibat dalam pertikaian. Terbaru, Pakistan, selaku anggota OKI, terlibat perang dengan India.

"Lebih menyedihkan lagi Palestina, yang mengalami pembumihangusan oleh Israel secara kejam. Bahkan bantuan kemanusiaan tidak bisa tersalurkan karena di-blokade Israel," tuturnya.

Di saat banyak negara berpenduduk mayoritas Muslim menghadapi tantangan politik, perang, serta konflik sosial antar-faksi politik dan tidak mampu mengelola politik secara beradab melalui jalur demokrasi, kata Said, Indonesia, yang juga anggota OKI dan menjadi negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dapat mengambil peran menjadi panutan bagi negara anggota OKI lainnya melalui konferensi PUIC kali ini.

Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar yang maju, dirinya berpendapat bahwa Indonesia bisa menghadirkan demokrasi dalam kehidupan politik.

"Islam yang sakral dan demokrasi yang profan, namun bisa dipadukan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan di Indonesia," ujar Said.

Di sisi lain, dia menilai salah satu perwujudan demokrasi yang sulit dijumpai pada mayoritas negara Muslim, yaitu ruang partisipasi perempuan yang luas diberbagai bidang.

Namun demikian, dirinya menegaskan bahwa parlemen Indonesia membuktikan bahwa di bawah kepemimpinan perempuan, DPR RI bisa menjadi parlemen yang di segani dunia serta menjadi bagian dari parlemen global yang aktif menyuarakan perdamaian dunia, politik global yang lebih setara, dan berbagai agenda pembangunan.

Untuk itu, Said berharap momentum pertemuan PUIC harus menjadi ruang konsolidasi dan bentuk ikatan bersama negara-negara Muslim untuk lebih solid.

"Setidak-tidaknya untuk mewujudkan perdamaian di Timur Tengah sehingga PUIC ke 19 ini memberikan makna penting bagi pencapaian resolusi damai di Timur Tengah, yang selama ini gagal terwujud," ucap dia menambahkan.

Konferensi Ke-19 PUIC digelar bertepatan dengan peringatan ke-25 tahun (silver jubilee) PUIC sejak dibentuk pada tahun 1999. Konferensi Ke-19 PUIC dihadiri sekitar 450 delegasi parlemen negara-negara OKI dari 38 negara, termasuk 10 negara pengamat (observer).

Baca juga: Prabowo: Kepemimpinan jujur kunci negara Islam bangkit dari kemiskinan

Baca juga: BKSAP: Konferensi PUIC ditutup dengan Deklarasi Jakarta pada Kamis

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |