Jakarta (ANTARA) - Lemak tubuh kerap dianggap sebagai biang keladi kenaikan berat badan dan berbagai penyakit degeneratif. Namun, sesungguhnya lemak tidak sepenuhnya bersifat merugikan. Sama seperti karbohidrat dan protein, lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi vital.
Kebutuhan lemak harian manusia berkisar antara 20 hingga 35 persen dari total asupan kalori, lebih tinggi dibandingkan kebutuhan protein yang hanya sekitar 10 hingga 20 persen. Meski demikian, asupan lemak berlebih tetap dapat menyebabkan penumpukan lemak dalam tubuh, yang pada akhirnya berpotensi memicu obesitas dan penyakit kronis.
Baca juga: 8 minuman alami efektif bantu basmi lemak di perut
Proses pembentukan lemak dalam tubuh
Lemak yang tersimpan dalam tubuh berbentuk trigliserida, yakni hasil akhir dari metabolisme zat gizi yang berasal tidak hanya dari makanan berlemak, tetapi juga dari karbohidrat dan protein. Proses pembentukan lemak ini terjadi melalui serangkaian tahap metabolisme, mulai dari pencernaan makanan, penyerapan zat gizi, hingga akhirnya penyimpanan dalam bentuk energi cadangan.
Saat seseorang mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat seperti nasi, roti, atau mie, tubuh akan memecah zat tersebut menjadi glukosa. Glukosa kemudian diserap ke dalam darah dan diatur oleh hormon insulin. Jika jumlah glukosa melebihi kebutuhan energi tubuh, insulin akan mengubah kelebihan glukosa tersebut menjadi glikogen di otot, dan sisanya menjadi asam lemak. Asam lemak inilah yang kelak akan disimpan sebagai trigliserida dalam jaringan lemak atau adiposa.
Proses serupa terjadi pada protein dan lemak. Ketika asupan berlebih, tubuh akan mengubah kelebihan zat gizi tersebut menjadi cadangan energi dalam bentuk lemak. Lemak-lemak ini disimpan dalam sel lemak yang tersebar di seluruh tubuh, termasuk di bawah kulit dan sekitar organ-organ vital.
Baca juga: Mulai kegemukan? ini aktivitas sederhana untuk membakar lemak di perut
Lokasi dan risiko penumpukan lemak
Penempatan jaringan lemak di dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya jenis kelamin. Laki-laki cenderung menumpuk lemak di area perut dan pinggang, sementara perempuan lebih banyak di bagian pinggul dan paha. Lemak yang menumpuk di sekitar organ-organ vital (lemak viseral) sangat berbahaya karena dapat menghambat aliran darah dan memicu penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, diabetes, hingga kanker.
Kadar trigliserida yang tinggi—lebih dari 100 mg/dL—dapat memicu gangguan kesehatan serius seperti pankreatitis akut. Oleh karena itu, menjaga kadar lemak tubuh tetap ideal sangat penting dilakukan dengan mengatur pola makan seimbang dan berolahraga secara teratur.
Berapa lama makanan diubah menjadi lemak?
Tubuh manusia mulai menyimpan kelebihan kalori sebagai lemak sekitar empat hingga delapan jam setelah makan. Oleh karena itu, penting untuk menyesuaikan porsi makan dengan kebutuhan energi harian dan mengimbanginya dengan aktivitas fisik.
Setiap gram lemak menghasilkan 9 kalori—dua kali lebih tinggi dibandingkan protein dan karbohidrat yang masing-masing menghasilkan 4 kalori per gram. Dengan demikian, konsumsi lemak perlu diperhatikan secara bijak.
Mayo Clinic merekomendasikan asupan lemak harian berkisar 20 hingga 35 persen dari total kalori. Sebagai contoh, jika kebutuhan kalori harian Anda sebesar 1.800 kalori, maka konsumsi lemak yang disarankan adalah antara 40 hingga 70 gram per hari.
Agar lemak tidak menumpuk berlebihan, penting untuk memperhatikan pola konsumsi semua zat gizi makro. Tidak hanya lemak, kelebihan konsumsi karbohidrat dan protein pun dapat memicu pembentukan lemak tubuh melalui proses metabolisme yang serupa.
Baca juga: Makanan yang baik dikonsumsi untuk menurunkan berat badan
Baca juga: Studi sebut waktu kelahiran berperan dalam pembakaran lemak tubuh
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025