Ashoka tumbuhkan gerakan pembaharu di Lampung dari keluarga

1 month ago 20

Bandarlampung (ANTARA) - Kelompok pemerhati sosial Ashoka Indonesia mendorong pertumbuhan gerakan pembaharu di Provinsi Lampung yang dimulai dari kelompok sosial terkecil, yakni keluarga.

"Akses sanitasi aman di Provinsi Lampung baru mencapai 2,3 persen. Sepanjang 2024, tercatat ada 120 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 432 pengajuan dispensasi kawin. Hal ini menandakan rapuhnya fondasi sosial di tingkat keluarga dan komunitas," ujar Direktur Ashoka Asia Tenggara, Nani Zulminarni dalam keterangannya di Bandarlampung, Sabtu.

Baca juga: Ashoka bagikan kisah inspiratif jaga bumi lewat Spiritual Changemakers

Ia mengatakan dari situasi tersebut, para penggerak lintas komunitas di Provinsi Lampung memilih untuk menyalakan harapan dengan berkumpul dan bergerak bersama, menumbuhkan semangat perubahan sosial yang berakar pada nilai lokal, solidaritas lintas iman, dan spiritualitas yang dimulai dari keluarga.

"Lampung sedang menghadapi banyak krisis, tapi sekaligus punya banyak harapan. Di sini, lintas iman dan lintas generasi menjadi penting, karena perubahan tidak bisa berdiri di atas satu kelompok saja," katanya.

Dia mengatakan perubahan sosial sejati berawal dari lingkaran terdekat manusia, salah satunya dari kelompok sosial terkecil, yakni keluarga.

“Perubahan sejati dimulai dari rumah. Ketika keluarga menjadi ruang yang menumbuhkan empati, kolaborasi, dan keberanian untuk bertindak, masyarakat pun tumbuh dengan kepemimpinan yang berakar kuat,” katanya.

Dia menjelaskan bahwa Ashoka saat ini sedang membangun ekosistem pembaharu atau changemaker ecosystem di empat kota dinamis Indonesia, yaitu Bandung, Pontianak, Surabaya, dan Lampung sebagai simpul gerakan sosial baru di Asia Tenggara.

“Lampung memiliki energi luar biasa, ada solidaritas lintas iman, peran aktif perempuan dan semangat komunitas yang kuat. Semua ini adalah bahan bakar bagi gerakan pembaharu yang berkelanjutan,” tambahnya.

Baca juga: Muhammadiyah dan Ashoka ajak pemimpin lintas agama atasi krisis iklim

Baca juga: Room to Read dan Ashoka ajak anak jadi pembaharu lewat 12 buku cerita

Pendiri Gerakan Sosial Masyarakat Payungi, Dharma Setyawan mengatakan membangun gerakan sosial masyarakat yang membawa perubahan haruslah tumbuh dari dalam masyarakat, bukan dari luar.

“Ekosistem perubahan tidak bisa dibentuk dari luar. Ia harus tumbuh dari dalam masyarakat, dengan semangat gotong-royong dan keberlanjutan,” kata dia.

Ia mengatakan tumbuhnya agen perubahan adalah mereka yang mampu menumbuhkan nilai kemanusiaan dari kesejahteraan material, mental, hingga spiritual.

Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |