Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menyatakan, utilisasi industri keramik nasional perlahan meningkat, pada semester I 2025 naik ke angka 71 persen dibandingkan periode yang sama secara tahunan (year on year/YoY) di angka 60 persen.
Ketua Umum Asaki Edy Suyanto di Jakarta, Rabu menyampaikan, peningkatan utilisasi tersebut turut berdampak pada produksi keramik domestik yakni meningkat sekitar 62 juta meter persegi atau tumbuh 16,5 persen.
Menurutnya kinerja industri keramik nasional di semester I tahun 2025 meskipun tumbuh namun masih di bawah target Asaki yakni utilisasi di angka 75 persen.
Hal ini disebabkan beberapa faktor utama yakni terkait suplai gas, harga yang tak sesuai dengan ketentuan, serta gangguan produk impor keramik dari India yang naik 130 persen di lima bulan pertama tahun 2025.
Baca juga: Wamenperin sebut SNI menjadikan industri keramik lebih berdaya saing
Untuk keramik India, menurutnya terindikasi melakukan praktik dumping, serta menjadikan pasar Indonesia sebagai salah satu negara pengalihan pasar ekspor keramik India ke Amerika Serikat (AS) yang terdampak perang tarif.
Oleh karena itu, pihaknya berharap kehadiran Pemerintah untuk mencarikan solusi terkait tantangan yang dihadapi oleh industri keramik domestik. Ini supaya daya saing sektor tersebut terus tumbuh.
Selain itu, Edy juga menyatakan pihaknya sangat mendukung rencana Pemerintah untuk membuka peluang impor Liquefied Natural Gas (LNG) dan penerapan Domestic Market Obligation (DMO) gas.
“Karena industri tidak bisa bertumbuh tanpa kelancaran gas dan industri tidak bisa berdaya saing dengan harga gas regasifikasi LNG 14,8 dolar AS per MMBTU,” ujarnya.
Baca juga: Utilisasi keramik lokal kuartal I 2025 meningkat ke 75 persen
Di kuartal I 2025, Asaki menyatakan, utilisasi sektor keramik domestik menunjukkan perbaikan, yakni di angka 75 persen dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Disampaikan dia, peningkatan ini diperoleh setelah mendapatkan dukungan pemerintah, yaitu berupa kebijakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP), Bea Masuk Anti Dumping (BMAD), serta kebijakan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk sektor keramik.
Menurutnya, melalui kebijakan tersebut pihaknya memprediksi utilisasi sektor keramik bisa naik hingga 85 persen, namun terkendala oleh distribusi gas.
Baca juga: Asaki sebut tarif Trump tak terlalu berdampak ke industri keramik
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.