Jakarta (ANTARA) - Lembaga Pendidikan ANTARA menggelar pelatihan menulis kreatif untuk memperkuat literasi digital bagi para siswa agar tak mudah terpapar hoaks di media sosial.
Dalam acara yang diselenggarakan di Antara Heritage Center, Jakarta Pusat, Senin, Direktur Pemberitaan LKBN ANTARA Irfan Junaidi menanyakan kepada para siswa, kapan terakhir kali mereka membaca buku sampai tuntas.
Puluhan siswa SMA yang hadir dalam acara tersebut kemudian mengaku mereka lebih sering menggulir atau scroll medsos ketimbang membaca buku atau berita.
"Padahal, kita perlu memahami bagaimana memilih konten di media sosial, karena di sana rentan terjadi disinformasi. Media massa menjadi pilihan karena untuk memproduksi kontennya butuh proses kurasi yang panjang, untuk itu, generasi muda sekarang perlu lebih banyak membaca buku dan media massa," katanya.
Irfan menegaskan literasi digital sangat diperlukan agar para generasi muda, khususnya siswa dapat menyaring serta memilah konten-konten mana yang tepat serta layak dikonsumsi.
"Saya selama ini menyampaikan kalau saya memiliki kecemasan terhadap Generasi Emas, itu jangan sampai menjadi generasi cemas, karena konten-konten digital yang ada hari ini, mengubah perilaku generasi secara luar biasa," ucapnya.
Baca juga: Menkomdigi sebut literasi digital dan aktivitas fisik harus imbang
Menurutnya, media massa memiliki keunggulan dari segi keberimbangan karena telah melalui proses kurasi di redaksi dengan cukup ketat.
"Bagaimana informasi itu sebelum disiarkan mesti harus dicek dan dipastikan kebenarannya, harus berimbang, tidak boleh memfitnah, tidak boleh pornografi, tidak boleh menghasut, jadi banyak peraturan yang harus kita lalui untuk bisa membagikan berita dan informasi, karena yang menyebar ke masyarakat kan informasi yang kita produksi itu," paparnya.
Sementara itu, Staf Khusus (Stafsus) Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendiksasmen) Ma'ruf El Rumi yang juga menjadi pembicara kunci dalam acara tersebut mengemukakan bahwa pendidikan tentang literasi digital menjadi penting di era media sosial yang rentan terhadap arus-arus disinformasi.
"Ketika berbicara soal pendidikan, maka kita berbicara soal tiga pusat pendidikan, pertama sekolah, guru, dan masyarakat, tetapi Pak Mendikdasmen menyampaikan, ada catur (empat) pendidikan, di mana yang ditambahkan yaitu media, karena sekarang kita tahu, kita tidak bisa lepas dari dunia digital," katanya.
Ia menyebutkan media massa mesti hadir sebagai penyeimbang medsos yang rentan menjadi sumber utama penyebaran arus disinformasi.
"Masyarakat justru lebih menempatkan medsos sebagai sumber utama mereka, yang rentan menjadi penyebaran arus disinformasi. Ribuan disinformasi tersebar di berbagai medsos, tidak ada keseimbangan untuk memetakan mana informasi yang salah atau benar, tetapi begitu ada klarifikasi, tidak muncul sama sekali karena yang berkembang hanya yang diinginkan oleh media sosial, engagement, belum sampai pada penjelasan detail yang sudah terkonfirmasi," tuturnya.
Baca juga: Guru dan orang tua perlu kuasai literasi digital sebelum didik anak
Baca juga: Penerapan konektivitas bermakna perkuat ekonomi digital desa
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025