Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengajak asosiasi seperti Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) memperkuat ekosistem usaha logistik nasional dalam menghadapi tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"ALFI ini kan bagian yang tidak terpisahkan dari supply chain," kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakrie dalam Halal Bihalal dan forum group discussion yang diselenggarakan Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) di Menara Kadin Jakarta, Jumat.
Menurutnya, ALFI memiliki peran penting dan menyatu dalam rantai pasok (supply chain), yaitu sistem terkoordinasi yang mengatur alur barang, informasi, dan jasa dari produsen hingga konsumen akhir.
Ia menekankan pentingnya dukungan terhadap industri yang tengah bertransisi, agar mampu melakukan peningkatan skil, memperkuat daya tahan, dan tetap tumbuh dalam skenario transisi ekonomi satu setengah tahun ke depan.
Menurutnya, forum tersebut menjadi sangat penting untuk menganalisis rantai pasok nasional yang terganggu dan mencari celah menjadikan Indonesia pemenang di tengah kompetisi ketat kawasan ASEAN.
"ALFI ini kan benar-benar bisa mendapatkan data yang lengkap dan karena bagian yang tidak terpisahkan dari supply chain Indonesia, justru kita bisa analisa bagaimana kita di Trump 2.0 ini menjadi pemenang," ujar dia.
Anindya menyebut ketertarikan AS terhadap produk seperti kapas, gandum, dan migas menunjukkan peluang besar bagi Indonesia melalui penurunan tarif hingga nol persen bagi produk garmen.
Ia juga menggarisbawahi perlunya mampu menjemput bola ekspor, menghindari dominasi negara tetangga seperti Vietnam, dan memaksimalkan potensi lokal seperti daun kelor serta perikanan langsung dari Nusa Tenggara Timur.
Contoh relokasi ekspor lobster tanpa transit ke Vietnam dinilainya sebagai strategi konkret memperkuat posisi Indonesia dalam rantai nilai global sekaligus menarik investasi sektor pengemasan langsung dari AS.
Anindya juga menyatakan Kadin mendukung strategi relokasi impor migas sebesar 49 miliar dolar AS sebagai langkah menyeimbangkan surplus 18 miliar dolar AS dan membuka jalan diplomasi dagang yang lebih setara.
Ia menegaskan bahwa Indonesia mampu menjadi pemenang, menciptakan pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja lewat ekspor dan rantai pasok yang tangguh dan adaptif.
"Saya yakin kita Indonesia bisa jadi pemenang, banyak sekali kita bisa lakukan, pertumbuhan 5 persen bagus, tapi kalau bisa bertahap kita mencapai 8 persen, kita bisa menciptakan lapangan kerja lebih banyak," kata Anindya.
Baca juga: Wamendag tekankan logistik adaptif hadapi tantangan global
Baca juga: ALFI usul pemanfaatan pelabuhan alternatif kurangi kongesti Priok
Baca juga: Kemacetan di Tanjung Priok sinyal sistem logistik bermasalah
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2025