Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VIII DPR RI Selly Andriany Gantina menilai ambruknya bangunan Majelis Taklim Ashobiyyah di Bogor, Jawa Barat, harus menjadi momentum bagi Kementerian Agama (Kemenag) memperkuat standar keselamatan jamaah di seluruh rumah ibadah di Indonesia.
“Musibah ini adalah alarm keras bagi Kemenag bahwa urusan keselamatan jamaah tidak boleh lagi ditempatkan sebagai hal sekunder,” kata Selly kepada wartawan di Jakarta, Selasa.
Ia menyampaikan duka mendalam atas tragedi tersebut. Menurut Selly, Kemenag melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Ditjen Bimas Islam), tidak cukup hanya menjalankan fungsi administratif, tetapi juga harus menjadi pengawal utama standar keamanan dan kelayakan rumah ibadah.
Selly berpandangan kelemahan dalam pengawasan perizinan maupun aspek teknis bangunan tidak boleh lagi dibiarkan. Setiap pembangunan rumah ibadah, lanjutnya, harus mengacu pada pedoman teknis yang jelas, termasuk kesesuaian kapasitas jamaah dengan daya tahan bangunan.
Baca juga: Tim gabungan masih sisir lokasi majelis ambruk di Bogor
Baca juga: Bupati Bogor: Total korban majelis ambruk capai 80 orang lebih
“Kemenag harus segera menyiapkan pedoman teknis yang bersifat wajib dan memastikan adanya peninjauan rutin atas kondisi rumah ibadah. Ditjen Bimas Islam tidak bisa hanya berhenti pada fasilitasi administratif, melainkan harus hadir sebagai regulator yang menjamin keselamatan jamaah,” ujarnya.
Ia juga mendorong adanya koordinasi erat antara Kemenag dan pemerintah daerah dalam perizinan, pengawasan, hingga peninjauan berkala kondisi bangunan rumah ibadah.
“Mari kita jadikan musibah ini sebagai pengingat, sekaligus dorongan untuk lebih berhati-hati dan bergotong royong dalam membangun fasilitas keagamaan demi kebaikan umat,” ucapnya.
Baca juga: Menteri Agama bantu renovasi bangunan majelis di Bogor yang ambruk
Baca juga: Menag beri bantuan pembangunan majelis taklim yang roboh di Bogor
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
