Alasan mikrodrama kian populer di Indonesia

4 hours ago 3

Bogor (ANTARA) - Jam sudah menunjukkan pukul 23.30 di sebuah perumahan di Bogor, Jawa Barat, namun Uki (43) masih asyik menatap layar ponselnya.

Ternyata, ayah dua orang anak ini sedang menyaksikan mikrodrama (microdrama) yang sudah digandrunginya sejak setahun lalu. "Saya suka karena durasinya tidak panjang dan ceritanya juga bagus," ujarnya saat ditanya alasan dirinya menyukai mikrodrama.

Salah satu daya tarik utama mikrodrama adalah kepraktisannya. Dengan durasi yang singkat dan format vertikal yang dioptimalkan untuk smartphone, penonton dapat menikmati hiburan ini kapan saja dan di mana saja, sambil tetap melakukan aktivitas lain seperti bekerja atau bepergian.

Alur cerita yang padat dengan plot twist dan cliffhanger di setiap episode juga menjadi daya tarik tersendiri, membuat penonton penasaran dan terus mengikuti kelanjutannya.


Fenomena mikrodrama, atau drama pendek berdurasi singkat, memang sedang menjadi tren yang menarik perhatian banyak orang di seluruh dunia.

Konten video dengan durasi satu hingga beberapa menit ini menawarkan hiburan yang cepat dan ringkas, ideal untuk dikonsumsi di tengah kesibukan sehari-hari melalui ponsel. Popularitasnya yang meroket, terutama di platform daring, telah mengubah signifikan lanskap industri hiburan.

Tren Mikrodrama di Dunia

Popularitas mikrodrama kali pertama meledak di China. Pada 2024, industri mikrodrama di China mencatatkan pendapatan yang fantastis, dengan Administrasi Radio dan Televisi China baru-baru ini menyebut mikrodrama menjadi pendorong penting bagi pengembangan inovasi industri visual di China.

Pusat Informasi Jaringan Internet China (China Internet Network Information Center) mengungkapkan ada lebih dari 1 miliar pelanggan video berdurasi pendek dan 662 juta pelanggan mikrodrama di negara tersebut tahun lalu.

Antara/Xinhua

Kesuksesan di China kemudian menyebar ke negara-negara lain di dunia, termasuk Indonesia.

Platform streaming khusus mikrodrama seperti DramaBox, Reelshort, GoodShort, dan Melolo mulai bermunculan, menandakan tingginya minat konsumen terhadap format ini. Bahkan, platform streaming besar seperti iQiyi juga mulai melirik dan mengembangkan kategori mikrodrama.

Data dari Indonesia Millennial & Gen Z Report 2025 by IDN Research Institute menunjukkan 74 persen pencinta drama di Indonesia lebih menyukai konten yang menghibur, sementara 65 persen tetap mencari aspek informatif dalam konsumsi media mereka.

Menurut laporan dari firma analis dan konsultan independen yang berbasis di London, Omdia, lima aplikasi mikrodrama teratas di Asia memiliki total kumulatif 150 juta pengguna aktif bulanan (monthly active user/MAU) pada Februari 2025, sementara perusahaan-perusahaan yang berbasis di China melaporkan pertumbuhan signifikan dalam genre pada tahun lalu.

Mengutip data Sensor Tower, Omdia juga mendapati 20 persen dari aplikasi yang paling banyak diunduh pada 2025 di segmen hiburan adalah aplikasi yang menawarkan konten mikrodrama, di antaranya Dramabox, Shortmax, Micro Drama, Reelshort, dan Flickreels.

Merambah Indonesia

Indonesia juga tidak ketinggalan dalam tren mikrodrama ini. Beberapa platform lokal maupun internasional mulai memproduksi dan mendistribusikan mikrodrama untuk pasar Indonesia. IDN Media, misalnya, meluncurkan konten mikrodrama bernama NONTON di platform mereka sejak Maret 2025.

Sebagai platform mikrodrama pertama di tanah air, NONTON menghadirkan cerita yang relevan dengan keseharian masyarakat Indonesia. Selain durasinya yang pendek, keunikan mikrodrama ini disebut terletak pada narasi yang menggugah emosi dan mencerminkan dinamika kehidupan nyata.

Antara/Xinhua

"Saya suka film silat kolosal dan juga film tentang drama rumah tangga karena terkadang kita bisa belajar tentang budaya atau perkembangan negara lain dari hal itu," kata Uki yang memiliki 14 aplikasi mikrodrama di ponselnya.

Selain itu, platform kreator seperti KaryaKarsa juga mulai mengembangkan konsep "Sinemini", yaitu mikrodrama adaptasi dari cerita populer di platform mereka. Data dari KaryaKarsa mengungkapkan format cerita bersambung yang dijual per episode, yang menjadi dasar dari banyak mikrodrama, memiliki pola konsumsi yang menarik.

Rata-rata pelanggan melakukan 4-6 transaksi per bulan dengan nilai transaksi yang kecil namun konsisten, dan banyak yang mengikuti cerita hingga ratusan episode. Hal ini menunjukkan adanya loyalitas dan ketertarikan yang tinggi terhadap format naratif yang disajikan dalam bagian-bagian singkat.

"Saat ini banyak aplikasi mikrodrama yang menawarkan film secara gratis dengan sistem imbalan. Pengguna diminta menonton iklan sebelum mendapatkan film yang ingin ditonton. Ada juga yang berbayar, dan itu masih terjangkau," ungkap Uki yang bisa menghabiskan waktu satu jam lebih setiap harinya untuk menonton mikrodrama.

Meskipun industri mikrodrama di Indonesia masih dalam tahap awal perkembangan dibandingkan dengan China, potensi pertumbuhannya sangat besar.

Beberapa tantangan seperti waktu produksi yang relatif lama masih perlu diatasi agar industri lokal dapat berkembang lebih pesat.

Namun, dengan semakin banyaknya platform dan kreator yang terlibat, serta minat konsumen yang terus meningkat, mikrodrama memiliki peluang besar untuk menjadi bagian penting dari lanskap hiburan digital di Indonesia, demikian Xinhua.

Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |