Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan bahwa Amerika Serikat (AS) relatif memahami langkah Indonesia menjadi anggota resmi BRICS.
Hal itu telah dikomunikasikan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam lawatannya ke AS, di Gedung Putih pada Selasa (12/11/2024).
"Amerika (AS) kalau marah tidak marah, itu relatif. Tetapi kalau dengan yang kali ini, itu sudah paham karena pada waktu pertemuan Pak Presiden (Prabowo) ke Washington sudah jelas," kata Airlangga dalam BNI Investor Daily Round Table, di Jakarta, Rabu.
Airlangga membeberkan, Gedung Putih juga turut mendukung proses Indonesia untuk menjadi anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
Ia juga menekankan bahwa hubungan ekonomi bilateral Indonesia-AS tetap kuat melalui kerangka kerja Indo-Pacific Economic Framework (IPEF). Indonesia telah menandatangani tiga dari empat pilar IPEF dengan AS, dan kesepakatan tersebut telah diratifikasi oleh Presiden Prabowo.
Menjelang dilantiknya Donald Trump sebagai Presiden AS pada 20 Januari mendatang, banyak pemangku kepentingan (stakeholders) yang mengkhawatirkan dinamika geopolitik antara AS dan China dapat mempengaruhi beberapa kebijakan perdagangan global.
Merespons hal tersebut, Indonesia telah mengambil langkah strategis untuk mengamankan kepentingannya, salah satunya adalah dengan berpartisipasi dalam Critical Mineral Alliance.
"Tentu kita sedang mempersiapkan yang namanya Critical Mineral Alliance. Amerika waktu itu menawarkan critical mineral bilateral, tetapi juga bisa di-expand dengan Kanada dan Australia," ujarnya.
Selain itu, AS menunjuk Indonesia sebagai salah satu dari tujuh negara yang dapat mengembangkan ekosistem semi-konduktor. Hal ini, menurut Airlangga, menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya di rantai pasok teknologi global.
Meskipun demikian, ia juga menggarisbawahi tantangan yang masih dihadapi Indonesia, termasuk akses pasar ke AS yang saat ini masih dikenakan tarif.
Produk ekspor Indonesia, seperti garmen dan alas kaki, masih dikenakan tarif sekitar 10-20 persen.
"Jadi artinya seluruh barang Indonesia masih kena (tarif) masuk 10-20 persen. Jadi, sudah kena tarif dan kita masih tetap bisa masuk ke sana dibandingkan dengan Vietnam yang zero tarrif," kata Airlangga pula.
Baca juga: Wamenlu sebut ancaman tarif AS tidak secara khusus sasar BRICS
Baca juga: BPS: Ekspor RI ke negara BRICS capai 84,37 miliar dolar AS pada 2024
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025