Mataram (ANTARA) - Yayasan Jantung Indonesia (YJI) segera mencanangkan program pemeriksaan jantung gratis bagi siswa sekolah dasar (SD) sebagai langkah deteksi dini dan edukasi kesehatan jantung pada anak.
"Pemeriksaan jantung gratis bagi siswa SD, kami targetkan dimulai bulan September 2025," kata Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Annisa Pohan Yudhoyono usai menghadiri malam kebersamaan YJI di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Minggu malam.
Malam kebersamaan YJI tersebut dihadiri langsung Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan ikuti sekitar 147 YJI dari sejumlah kabupaten/kota se-Indonesia, sekaligus menghadiri rangkaian acara Festival Olahraga Masyarakat Indonesia (Fornas) VIII 2025 di Provinsi NTB.
Setelah program pemeriksaan rema (demam reumatik) dicanangkan, lanjut Annisa Pohan, selama 2 tahun ke depan YJI akan berkeliling sekolah dasar di Indonesia untuk memberikan pemeriksaan kesehatan jantung secara gratis.
"Kami punya alat pemeriksaan jantung portabel, sehingga bisa memberikan layanan langsung ke sekolah. Bukan siswa yang datang ke fasilitas kesehatan," katanya.
Baca juga: YJI: implementasi PP 28/2024 penting guna cegah bahaya rokok pada anak
Menurutnya, program tersebut dinilai bisa lebih efektif untuk melakukan pencegahan diri terhadap penyakit jantung.
Apalagi berdasarkan data yang ada, penderita penyakit jantung saat ini didominasi kalangan usia produktif bahkan mulai dari anak-anak, remaja, dan dewasa.
Terkait dengan itu, melalui program pemeriksaan jantung sejak dini bisa mendeteksi ketika ada anak yang mengalami kelainan jantung.
"Pengobatan bisa lebih cepat, mudah, dan murah," katanya.
Sebaliknya, katanya, jika kondisi itu dibiarkan hingga usia belasan bahkan 20 tahun ke atas, maka hal itu bisa membahayakan nyawa mereka.
Baca juga: Ketum YJI kampanye senam jantung sehat tekan penyakit kardiovaskular
Program jantung gratis bagi siswa SD juga sejalan dengan program yang sudah berjalan beberapa tahun terakhir yakni "Heart At School".
Kegiatan "Heart At School" juga bagian dari deteksi dini dan edukasi jantung usia remaja untuk meningkatkan kesadaran kesehatan jantung, deteksi risiko dini, dan menjadikan peserta sebagai agen perubahan dalam mempromosikan hidup sehat di lingkungan sekitar mereka.
"Anak-anak juga diberikan edukasi tentang bagaimana bantuan hidup dasar sebagai rangkaian usaha awal mengembalikan fungsi sirkulasi pernafasan," katanya.
Di sisi lain, Ketua YJI juga mengajak pemerintah kabupaten/kota se-Indonesia agar segera dibentuk YJI sebab saat ini YJI baru terbentuk pada 147 kabupaten/kota se-Indonesia.
Baca juga: YJI: perlu dukungan kuat tekan penyakit jantung
Menambah YJI di kabupaten/kota menjadi pekerjaan rumah yang harus terus gencarkan sebab yayasan ini bersifat sukarela.
"Karena itu, pembentukan YJI harus hadir berdasarkan panggilan hati, kemauan, dan keinginan sendiri," katanya.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang turut hadir, menyatakan komitmen siap mendukung atau menjadi "endorse" untuk menyukseskan program YJI.
Misalnya melalui kampanye hidup sehat untuk menjaga kesehatan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Hal tersebut tidak hanya menjadi tugas pemerintah melainkan perlu sinergi dan kolaborasi semua pihak untuk memberikan dukungan baik dukungan secara personal, kelompok, maupun lembaga sebab semua generasi memiliki kerentanan terhadap penyakit jantung.
Baca juga: 7000 langkah sehari tekan risiko penyakit jantung hingga depresi
Baca juga: Enam jam penentu keselamatan pasien serangan jantung
Ia mengatakan, penyakit jantung dipicu banyak faktor sehingga edukasi dini melalui sekolah secara formal dan informal melalui keluarga dinilai sangat penting.
"Dengan demikian, bisa tercipta warga Indonesia hidup lebih sehat, berimbang, dan lebih produktif," katanya menutup.
Pewarta: Nirkomala
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.