Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Christina Aryani mengatakan program Sekolah Rakyat yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto memberikan harapan dan kesempatan bagi anak keluarga miskin untuk memiliki masa depan.
"Pendidikan anak sangat penting untuk memutus rantai kemiskinan, memberikan harapan dan kesempatan untuk memiliki penghidupan yang lebih baik nantinya," kata Christina usai meninjau Sekolah Rakyat Menengah Pertama 6 di Bambu Apus, Jakarta Timur, Senin.
Sebagaimana siaran pers Kementerian P2MI di Jakarta, Senin, Wamen yang didampingi Wakil Menteri Sosial, Agus Jabo Priyono, memberikan motivasi serta susu dan makanan kepada 75 siswa-siswi di sekolah tersebut.
"Bagi mereka untuk bisa mengenyam pendidikan itu hanya suatu harapan, hanya angan-angan, Bapak Presiden merealisasikan harapan itu dan memberikan akses untuk anak keluarga sangat miskin untuk bisa mengenyam pendidikan," katanya.
Sementara itu, Agus Jabo mengatakan Sekolah Rakyat menjadi perintah presiden agar anak-anak Indonesia bisa bersekolah, termasuk mereka yang miskin.
"Agar anak-anak ini pintar, punya karakter, punya keterampilan dan Sekolah Rakyat ini adalah jembatan bagi para siswa untuk mewujudkan cita-citanya," katanya.
Agus menambahkan bahwa pihaknya akan terus mengevaluasi pelaksanaan Sekolah Rakyat di seluruh Indonesia, termasuk di Jakarta Timur.
"Kalau evaluasi terus kita lakukan. Kita mengevaluasi pelaksanaannya, proses teknis, proses belajar mengajar, proses asrama, proses makanannya," kata Agus.
Kepala Sekolah Rakyat Menengah Pertama 6 Jakarta Timur, Regut Sutrastro, menambahkan bahwa saat ini karakter anak-anak mulai terbentuk, setelah tiga pekan proses pembelajaran.
"Sudah mulai terbentuk pola keteraturan hidup dari anak-anak yang bersekolah di sini. Pola keteraturan ini nanti akan menumbuhkan disiplin dan menjadikan mereka siswa yang lebih baik lagi dengan bakat dan minat yang kita kembangkan di Sekolah Rakyat ini," katanya.
Saat ini terdapat 75 siswa yang bersekolah dengan sistem asrama di Sekolah Rakyat Menengah Pertama 6 Jakarta Timur.
Mereka terdiri dari 40 siswi dan 35 siswa dan tidak diperkenankan membawa telepon genggam dan selalu berkomunikasi dengan wali asuh dari Kementerian Sosial.
Salah seorang siswi, Fauziah (13), mengaku senang bisa mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat Menengah Pertama 6 Jakarta Timur.
"Rasanya senang, karena di sini kita difasilitasi. Tidak hanya pendidikan, tapi kesehatan kita juga turut diperhatikan. Kita tinggal belajar aja," katanya.
Fauziah mengatakan dirinya sudah bisa beradaptasi dengan suasana dan teman-temannya di Sekolah Rakyat, namun terkadang rindu dengan keluarga di rumah.
"Waktu itu aku sampai nangis empat hari, kayak enggak betah. Tapi sekarang aku sudah bisa beradaptasi dan banyak teman yang membantu mengatasi rasa kangen dengan keluarga," katanya.
Baca juga: Wamensos: 4,16 juta anak membutuhkan Sekolah Rakyat
Baca juga: KP2MI data anak pekerja migran yang layak bersekolah di Sekolah Rakyat
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.