WALHI: Krisis iklim berdampak pada kearifan lokal dimiliki perempuan

1 month ago 13

Jakarta (ANTARA) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) melihat dampak krisis iklim dapat mengakibatkan kehilangan kearifan lokal yang dimiliki perempuan akibat kerusakan alam karena eksploitasi berlebihan.

Dalam diskusi membahas krisis iklim dan kekerasan terhadap perempuan diikuti secara daring di Jakarta, Senin, Manajer Kampanye Hutan dan Kebun WALHI Eksekutif Nasional Uli Arta Siagian mengatakan menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) perempuan rata-rata berkontribusi memproduksi 60-80 persen pangan di sebagian negara berkembang.

Perempuan juga bertanggung jawab pada sebagian produksi pangan dunia dalam kontribusinya di setiap subsistem pertanian.

Krisis iklim, yang dimulai dari kerusakan alam akibat eksploitasi berlebihan, dapat mengakibatkan penurunan sumber pangan yang pada akhirnya dapat berdampak kepada perempuan sebagai salah satu aktor penting dalam rantai produksi pangan.

Tidak hanya itu, penurunan itu juga akan berpengaruh terhadap kearifan lokal yang dimiliki perempuan terkait pangan dan obat-obatan tradisional yang dimiliki sejak lama.

"Lalu kemudian perempuan kehilangan pengetahuan lokal terhadap pangan dan obat-obatan tradisional, akibat rusaknya hutan dan hilangnya biodiversitas," kata Uli.

Hutan, terutama bagi masyarakat adat, menjadi supermarket bagi warga lokal untuk mendapatkan pangan dan sumber obat-obatan. Kehilangan hutan berarti pengetahuan pangan dan obat-obatan tradisional yang kebanyakan dimiliki oleh perempuan di dalam sebuah komunitas adat, juga akan hilang.

Krisis iklim yang berdampak kepada air juga akan berpengaruh terhadap entitas perempuan. Dia memberikan contoh bagaimana air bersih sangat penting untuk memenuhi hak reproduksi perempuan, dan kehilangannya dapat menambah kerentanan mereka terhadap penyakit reproduksi.

"Hilangnya ekonomi rakyat yang bertumpu pada alam akan membuat perempuan terlempar ke sektor padat karya, menjadi buruh kerja murah, sementara mereka masih dibebankan oleh kerja-kerja reproduksi sosial sepenuhnya," ujarnya.

Hal itu yang menyebabkan beban ganda terhadap perempuan. Dia memberikan contoh bagaimana di banyak di wilayah pedesaan, perempuan mengerjakan banyak tugas sekaligus dari sebagai istri yang mengurus suami, ibu yang mengurus anaknya, buruh tani dan mengerjakan pekerjaan serabutan lainnya.*

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024

Read Entire Article
Rakyat news | | | |