UKNCC: Penarikan diri dari perdagangan timbulkan isolasi dan konflik

7 hours ago 3

London (ANTARA) - Ketika negara-negara menarik diri dari perdagangan, mereka cenderung mengisolasi diri, memperburuk titik-titik perbedaan dan meningkatkan risiko konflik global.

Tarif jarang menjadi solusi dalam membantu menyelesaikan perselisihan internasional dan sering kali memicu "perlombaan menuju ke bawah," kata Ollie Shiell, CEO Komite Nasional Inggris untuk Urusan China.

Hal tersebut disampaikan Ollie Shiell, CEO Komite Nasional Inggris untuk Urusan China (UK National Committee on China/UKNCC), dalam sebuah wawancara dengan Xinhua pada Selasa (15/4).

Mengomentari eskalasi tarif perdagangan yang baru-baru ini diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS), Shiell menyebut bahwa bukti historis menunjukkan tarif jarang menjadi alat yang efektif untuk menyelesaikan perselisihan internasional.

Sebaliknya, menurut dia, langkah-langkah seperti itu justru kerap mengarah pada "perlombaan menuju ke bawah" (race to the bottom), yang merupakan fenomena perlombaan antarnegara untuk menurunkan standar sosial, lingkungan, atau ekonomi demi menarik investasi dan bisnis.

"Menurut saya, pendekatan Presiden AS Donald Trump sangat tumpul dan kacau. Dia bisa menangani masalah ini dengan lebih konstruktif, alih-alih menciptakan destabilisasi global yang masif ini," kata Shiell.

Dia juga berpendapat bahwa tarif tersebut telah merusak posisi global AS, karena memaksa negara-negara lain untuk meninjau ulang aliansi yang ada, mempertimbangkan kembali aturan internasional yang berlaku, dan menentukan arah aliansi strategis mereka.

"Kalangan bisnis membutuhkan rencana, tetapi sangat sulit untuk membuat rencana dalam lingkungan seperti ini," kata dia

Shiell pun menolak anggapan bahwa globalisasi sedang mengalami penurunan. "Menurut saya, globalisasi terus berkembang, dan berkembang sebagai konsekuensi dari kebangkitan China," ujarnya.

Shiell menegaskan bahwa China sekarang memiliki kesempatan yang signifikan untuk menunjukkan dirinya sebagai aktor global yang lebih bertanggung jawab dibandingkan dengan yang lain.

Dia menggambarkan bahwa China lebih konsisten, lebih dapat diprediksi, dan mampu menghasilkan nilai di seluruh dunia. "Oleh karena itu, saya rasa globalisasi akan terus berlanjut, namun akan beradaptasi sesuai dengan perkembangan zaman," katanya.

Selain itu, Shiell menyoroti potensi kontribusi China di sejumlah bidang global utama seperti perdagangan, perubahan iklim, kesehatan, dan kecerdasan buatan (AI).

Merefleksikan transformasi China selama empat dekade terakhir, dia mengatakan China telah bergeser "dari pabrik ke algoritma," dan shiel menggambarkan perkembangan China sebagai hal yang luar biasa.

Pewarta: Xinhua
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |