Pandeglang (ANTARA) - Tradisi ruat laut di Carita, Kabupaten Pandeglang, Banten, dilirik menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara yang ingin langsung merasakan pengalaman unik tersebut dalam melestarikan budaya setempat.
Gubernur Banten, Andra Soni, di Pandeglang, Minggu, menegaskan, banyak wisatawan dari luar daerah bahkan luar negeri yang memiliki hasrat untuk ikut serta dan mempublikasikan kemeriahan kegiatan ruat laut ini.
"Saya yakin banyak wisatawan dari luar daerah bahkan luar negeri yang ingin turut ikut serta dalam kegiatan ruat laut ini, sehingga perlu adanya beberapa perbaikan ke depannya," ujarnya.
Di antaranya, kata Andra, yakni mengenai faktor keselamatan yang harus menjadi prioritas utama dalam kegiatan ruat laut ke depannya.
Menurutnya, jaminan keselamatan adalah kunci untuk meningkatkan daya tarik tradisi ini di mata wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, yang ingin merasakan langsung pengalaman unik tersebut.
"Saya berpesan kepada penyelenggara agar ke depan lebih memperhatikan faktor keselamatan supaya nanti bisa menarik wisatawan pada kegiatan tradisi ini," tegasnya.
Selain itu, Andra menggarisbawahi perlunya standarisasi kelayakan armada yang digunakan dalam festival ruat laut, dan senantiasa berperan aktif dalam menjaga ketertiban selama acara berlangsung.
"Faktor keselamatan ini perlu diperhatikan lagi, jadi semua yang ikut ke dalam kapal itu betul-betul perahu yang layak membawa penumpang dan membawa wisatawan," katanya.
Lebih lanjut, ia juga mengimbau masyarakat yang terlibat untuk senantiasa berperan aktif dalam menjaga ketertiban selama acara berlangsung.
Meski demikian, ia mengaku kagum terhadap kemeriahan acara tersebut. Terkesan dengan partisipasi massa yang luar biasa, memadati ratusan perahu yang berlayar bersama.
"Ada 100 perahu lebih mulai dari perahu besar dan kecil yang isinya penuh sehingga ini sangat menarik dan menyenangkan," ujarnya.
Sementara itu, Perwakilan Nelayan Carita, Sukani (53), menjelaskan, bahwa ruat laut telah dilakukan setiap tahun yang merupakan bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang dilimpahkan dari laut.
Prosesi utama melibatkan larung atau menenggelamkan sesaji ke laut, yang terdiri dari kepala dan kaki kerbau serta aneka peralatan dapur dan telur. Sukani merinci, kerbau yang dipilih untuk ritual bukanlah kerbau sembarangan.
"Kerbau pilihan, tidak boleh ada cacat. Harus sehat dan bersih, dagingnya diambil untuk dibagikan ke nelayan. Sementara kepala, kaki dan tulangnya dilempar ke laut," katanya.
Baca juga: Kecapi Buhun hingga Carita Pantun Baduy jadi Warisan Budaya Tak Benda
Baca juga: Tradisi ruwat laut bentuk rasa syukur nelayan di Pandeglang
Baca juga: Pariwisata Banten terancam suram pasca-tsunami
Pewarta: Desi Purnama Sari
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.