Jakarta (ANTARA) - Pengelola Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan pedagang asongan menggelar mediasi usai protes terhadap larangan berdagang di kawasan TMII hingga menyebabkan keributan sejak Minggu (1/5) malam.
"Insyaallah siang ini rencananya mau ada pertemuan dari pedagang sama manajemen TMII, lalu sama tiga pilar mulai kecamatan, kapolsek, sama komandan rayon militer (danramil)," kata Kanit Reskrim Polsek Cipayung Iptu Edi Handoko saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.
Edi menyebut, perselisihan pedagang dengan keamanan yang terjadi sejak Minggu (1/6) malam hingga saat ini terjadi karena adanya larangan pedagang asongan di kawasan TMII.
"Penyebabnya warga di sana ingin dagang juga (di kawasan TMII) yang samping-samping itu warga sekitar TMII. Jadi, urusan dagang," ujar Edi.
Akibat kericuhan tersebut, katanya, tidak ada yang ditangkap dan laporan yang masuk ke Polsek setempat.
Baca juga: Pengunjung TMII capai 22 ribu selama libur Waisak 2025
"Tidak ada (yang ditangkap), tidak ada yang membuat laporan, orang ribut-ribut biasa, bukan ribut berantem, cuman teriak saja, karena perut itu," ucap Edi.
Sebelumnya, beredar video yang memperlihatkan sejumlah pedagang asongan di TMII, Jakarta Timur protes karena tak diizinkan berdagang di kawasan TMII. Protes pedagang asongan dengan pengelola terjadi pada Minggu (1/5) malam.
Terlihat pedagang asongan yang merupakan warga sekitar TMII menolak untuk ditertibkan sehingga terjadi aksi dorong-dorongan antara pedagang dengan petugas keamanan TMII.
Aksi protes tersebut berlanjut pada Senin (2/6) di pintu gerbang 2 TMII, bahkan hingga Selasa pagi.
Ketua Paguyuban Pedagang Khoirudin mengatakan, pada dasarnya pada pedagang asongan tidak menginginkan aksi hingga keributan.
Baca juga: Total pengunjung selama HUT ke-50 TMII capai 50 ribu
"Pedagang di sini maunya aman, damai, tapi pedagang juga udah beberapa kali bersurat untuk izin berdagang. Kita tidak pernah ditanggapi, bahkan sampai ada bentrokan, juga tidak ada panggilan," kata Khoirudin .
Khoirudin mengaku, para pedagang hanya ingin meminta kesempatan mencari uang untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Bahkan, mereka siap untuk membayar uang sewa untuk berdagang dan membuat akses kartu masuk TMII jika memang dibutuhkan.
"Alhamdulillah hari ini, mau ada pertemuan dengan pengelola TMII, tapi hanya bersama RT aja, belum sama pedagang. Kami juga siap kalau misal harus ada bayar sewa, bikin kartu TMII, semuanya kami siap untuk bisa dagang di sini," jelas Khoirudin.
Sementara itu, salah satu pedagang bernama Yati (45) yang sudah berdagang sejak 25 tahun itu mengaku tidak terima dengan penertiban sejumlah pedagang asongan di kawasan TMII.
"Karena kita tidak boleh dagang di TMII, kita sudah sudah 25 tahun. Meskipun TMII punya wewenang untuk melarang, pedagang punya hak untuk cari makan, supaya keluarga kita sejahtera," kata Yati.
Baca juga: TMII hadirkan diskon 50 persen rayakan HUT ke-50 pada 19-20 April
Yati berharap, pengelola TMII bisa memberikan solusi yang bijak agar pedagang asongan bisa berjualan di kawasan TMII secara resmi.
"Kalau diizinkan kita siap bayar, ya kita bayarnya semampu kita, tergantung TMII mintanya berapa. Tetapi namanya dagang perorangan itu belum tentu dapat banyak, kalau Rp150-200 ribu bisa," ucap Yati.
Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025