Telkom proyeksikan bisnis Infranexia mampu sebesar Telkomsel

1 week ago 10

Jakarta (ANTARA) - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk memproyeksikan entitas infrastruktur serat optik hasil pemisahan usaha, Infranexia akan menjadi motor pertumbuhan baru yang skalanya dapat menyamai Telkomsel.

Direktur Strategic Business Development and Portfolio Telkom Seno Soemadji menjelaskan proses pemisahan entitas usaha (spin-off) Infranexia atau PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) dari induk, ditargetkan tuntas sepenuhnya pada 2026.

"Dengan carve out (pemisahan), nanti orang bisa melihat jelas. 'aset fiber kita berapa sih?'. Itulah yang akan terjadi fase 1 (spin off) pada Desember ini, dan fase 2 selesai semester I tahun depan," kata Seno di Jakarta, Selasa.

"Kita ingin membesarkan Infranexia dan kita mengantisipasi Infranexia ini menjadi the next Telkomsel," ucapnya.

Infranexia lahir dari proses perubahan struktur Telkom, terutama dalam proses transformasi menjadi perusahaan holding strategis.

Dalam strategi holding sampai 2030, Telkom menjalankan empat bisnis utama yaitu B2C lewat Telkomsel, B2B internasional lewat Telin, B2B ICT services untuk integrasi sistem, dan layanan IT.

Satu lainnya adalah B2B Infra yang mencakup Telkomsat (satelit), NeutraDC (hyperscale data center), Mitratel (tower), neuCentrIX (data center), dan yang terbaru adalah Infranexia.

Proses spin off ini menjadi upaya dari pembagian pilar bisnis yang bertujuan memisahkan jelas fungsi strategis dengan fungsi operasional.

Seno menjelaskan Telkom sebagai holding akan fokus pada strategi, arah bisnis, dan pengawasan, sedangkan anak usaha menjalankan kegiatan operasional sehari-hari.

Dengan begitu, ruang peningkatan nilai (value unlock) aset infrastruktur digital yang dimiliki Infranexia akan terbuka.

Menurut Seno, struktur sebelumnya membuat pasar kesulitan melihat besaran aset fiber Telkom karena aset masih tercatat di Telkom, sementara operasionalnya dijalankan entitas lain.

"Jadi, kita dengan kita membagi pilar itu tujuannya adalah yang holding itu dia hanya fokus terhadap strategi. Sementara pilar ini kita sebut sebagai operating companies," jelas Seno.

Ketika disinggung apakah Infranexia dipersiapkan menuju lantai bursa dengan proses penawaran saham perdana (IPO), Seno mengatakan fokus Telkom saat ini menyelesaikan seluruh proses spin off Infranexia hingga semester I 2026.

Telkom baru akan menentukan langkah strategis berikutnya.

Ia mengaku belum ada keputusan apakah Infranexia nantinya akan dibawa ke pasar melalui mekanisme IPO atau justru menggandeng mitra strategis tertentu.

"Setelah itu, bentuknya apa, IPO atau partnership, belum kita tentukan," ujarnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom Arthur Angelo Syailendra menyatakan nilai keseluruhan aset sebelum depresiasi (gross asset value/GAV) Infranexia mencapai Rp130 triliun saat pembelian.

Setelah melalui depresiasi, net book value (NBV) aset Infranexia diperkirakan Rp90 triliun.

"Ini sendiri sesuatu yang bukanlah baru. Memang dari tahun 2023 sudah dipersiapkan. Tapi, begitu kita jalan, kita melihat ini adalah bisnis yang kompetensinya dan scale-nya paling masif," ujarnya.

Baca juga: Telkom tambah dukungan konektivitas di titik bencana Sumatera

Baca juga: Telkom tekankan inovasi demi bangun ekosistem digital nasional

Baca juga: Telkom lakukan "strategic holding" dan penguatan portofolio bisnis

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |