Tara Cochran, influencer yang hapus batas gender kostum Halloween anak

8 hours ago 5

Jakarta (ANTARA) - Menjelang perayaan Halloween, anak-anak dan orang dewasa di seluruh negeri bersiap mengenakan kostum, gaya rambut, dan riasan dari pahlawan super, putri, monster, serta berbagai karakter favorit.

Daya tarik Halloween terletak pada kesempatan untuk menjadi siapa pun yang diinginkan, meskipun hanya untuk satu malam. Ibu sekaligus influencer, Tara Cochran (29), mewujudkan konsep "siapa pun" benar-benar berarti tanpa batas, seperti dilansir dari People, Jumat.

Influencer yang menggunakan akun @thecochranfam ini dikenal membangun platform daring yang berfokus pada advokasi keluarga dan kesehatan mental. Dalam sebuah klip video terbarunya yang telah dilihat lebih dari satu juta kali, Cochran membagikan percakapan bermakna dengan putrinya yang berusia lima tahun menjelang perayaan bulan Oktober.

Putrinya, yang tampil menggemaskan dengan rambut kepang ala karakter Rumi dalam film "K-Pop Demon Hunters", sedang membahas rencana mereka untuk Halloween.

Baca juga: Melania Trump bagikan dekorasi Gedung Putih untuk Halloween 2025

Pelajaran mengenai respek dan inklusivitas

Dalam video tersebut, Cochran bertanya kepada putrinya, "Kami akan pergi ke acara Halloween pertama kami minggu ini. Kira-kira untuk siapa Halloween?"

"Bukankah untuk semua orang?" jawab sang putri.

"Ya," tegas Cochran. "Saat kita keluar untuk trick-or-treat atau mencari camilan, jika kamu melihat seorang gadis berkostum Superman, apa yang akan kamu katakan?"

"Wow, itu keren!" putrinya menjawab.

Cochran kembali membuat skenario lain: "Jika kamu melihat seorang gadis berkostum Hulk, apa yang akan kamu katakan?"

"Saya suka otot Anda," kata anak berusia lima tahun itu.

"Bagaimana jika kamu melihat seorang anak laki-laki dengan kostum Moana?"

"Yah, menurutku, aku suka dayungmu," ujar putri Cochran, merujuk pada dayung yang digunakan putri Disney tersebut dalam film.

Baca juga: Rekomendasi film bernuansa seram untuk merayakan Halloween

Memutus siklus pola pikir lama

Berbicara secara eksklusif kepada People, Cochran berbagi alasan di balik percakapan tersebut dan harapannya terhadap para pengikutnya.

"Suami saya dan saya sebenarnya tumbuh dalam kemiskinan, jadi kami tidak selalu punya kostum baru. Sesuatu yang benar-benar kami tanamkan pada putri kami adalah menjadi siapa pun yang dia inginkan, baik itu terkait dengan Halloween atau hanya secara umum," kata Cochran.

Ia menjelaskan bahwa Halloween adalah momen untuk mengadaptasi pelajaran sehari-hari tersebut. "Halloween adalah untuk semua orang, tetapi Anda melihat begitu banyak orang... berbicara tentang bagaimana mereka tidak akan pernah membiarkan putra mereka berdandan dengan kostum perempuan atau mereka tidak akan pernah membiarkan putra mereka bermain dengan Barbie".

Bagi Cochran, pola pikir tersebut merupakan hal yang tidak baik ditanamkan kepada anak-anak. "Mereka hanya anak-anak, mereka hanya bermain. Sesuatu yang sangat penting bagi saya adalah mengajari mereka bahwa warna dan mainan dan semua itu tidak memiliki jenis kelamin".

Cochran percaya, inti dari Halloween adalah kemampuan anak untuk berdandan seperti siapa pun yang mereka inginkan. "Ketika anak-anak berdandan untuk Halloween, mereka berdandan sebagai pahlawan, karakter favorit mereka, dan siapa yang peduli apa jenis kelamin karakter itu? Jika Anda menyukainya, pakailah," tegasnya.

Baca juga: Mengapa labu identik dengan perayaan Halloween?

Gaya pengasuhan dan reaksi negatif

Cochran berharap percakapan terbuka ini dapat menginspirasi orang tua lain. Ia mencontohkan, salah satu videonya yang menyebar luas di media sosial, menampilkan dirinya berbicara dengan putrinya tentang hari pertama Taman Kanak-kanak dengan cara yang jujur, hormat, dan penuh perhatian, tanpa meremehkan pikiran mereka.

Meskipun didasarkan pada rasa hormat dan cinta terhadap orang lain dari semua latar belakang, Cochran mengakui bahwa ia menerima reaksi negatif pada video itu. "Saya pikir itu hanya karena konsep anak laki-laki dan boneka atau karakter perempuan adalah garis pembatas yang menurut orang-orang tertentu sangat tegas," katanya.

"Saya ingin kedua anak saya memiliki kepribadian yang kuat, percaya diri, benar-benar mandiri, dan stabil secara emosional," tambahnya, merujuk pada putra bungsunya. "Saya rasa tidak ada yang salah dengan hal itu".

Ia menceritakan, putrinya pernah ingin menjadi Spider-Man untuk Halloween, lengkap dengan setelan berotot, yang menurut Cochran adalah hal yang wajar. "Dia ingin menjadi Spider-Man, dan baginya, Spider-Man adalah setelan berotot," jelasnya.

Baca juga: Sejarah dan makna di balik Hari Halloween 31 Oktober

Menjadi orang tua generasi pertama yang memutus siklus

Cochran menjelaskan, keterbukaan ini tidak datang secara alami. Ia harus berjuang mencapai titik di mana pendekatan pengasuhan tersebut menjadi kebiasaannya. Bahkan, pernah suatu saat, ia tidak yakin menginginkan anak.

"Saya mengambil semua yang telah saya lalui dan menggunakannya sebagai pedoman untuk apa yang tidak saya inginkan," ungkapnya, merujuk pada pengalamannya tumbuh dalam kemiskinan dan meninggalkan rumah pada usia 17 tahun.

Ia memulai perjalanan media sosialnya pada tahun 2020 setelah merasa kelelahan dan memutuskan berhenti dari pekerjaannya di rumah sakit untuk tinggal di rumah. "Saya mendokumentasikan peran sebagai ibu dari sudut pandang menjadi orang tua yang pertama kali memutus siklus," katanya.

Kontennya, kata Cochran, adalah tentang "kehidupan nyata, bagian-bagian yang indah, tetapi juga menormalisasi kehidupan dengan anak-anak... Ini membuat kesalahan, tetapi tidak takut untuk mengakui bahwa Anda salah kepada anak-anak Anda dan berusaha menjadi yang terbaik".

Sebagai penutup, Cochran berpesan kepada orang tua lain: "Pesan saya secara keseluruhan kepada orang-orang hanyalah berbicara dengan anak-anak Anda dengan segala cara yang memungkinkan. Bicaralah dengan mereka seperti mereka mampu memahami".

"Saya ingin menciptakan ruang bersama anak-anak saya di mana mereka selalu bisa datang kepada saya. Saya ingin mereka tahu bahwa jika sesuatu terjadi pada mereka, naluri pertama mereka bukanlah 'Ya Tuhan, saya ingin merahasiakan ini dari ibu', tetapi 'Ya Tuhan, panggil ibu karena dia akan tahu apa yang harus dilakukan'," pungkasnya.

Baca juga: Tujuh aktivitas seru untuk ramaikan Halloween 2025

Penerjemah: Abdu Faisal
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |