Sering menarik diri saat hubungan serius? kenali "avoidant attachment"

1 hour ago 2

Jakarta (ANTARA) - Bagi beberapa orang, saat hubungan mulai terasa semakin dekat dan serius, justru muncul keinginan untuk menarik diri. Bukan karena kurangnya rasa sayang, tetapi ada dorongan emosional untuk menjaga jarak.

Perasaan ini sering datang tiba-tiba, di saat hubungan seharusnya melangkah ke tahap yang lebih dalam. Bagi yang mengalaminya, menarik diri terasa seperti kebutuhan, bukan sekadar pilihan.

Fenomena ini cukup umum terjadi, meski tidak selalu mudah untuk dipahami. Lalu, apa sebenarnya yang mendorong seseorang untuk menjauh saat hubungan semakin serius?

Salah satu penjelasannya adalah avoidant attachment atau pola keterikatan menghindar.

Ini merupakan salah satu gaya keterikatan yang biasanya berkembang sejak masa kanak-kanak, khususnya pada anak-anak yang tidak mendapatkan respons emosional yang sensitif dari orang tua atau pengasuhnya.

Anak-anak dengan avoidant attachment cenderung tumbuh menjadi pribadi yang sangat mandiri, baik secara fisik maupun emosional. Mereka belajar bahwa menunjukkan kebutuhan emosional tidak akan mendapatkan respons yang diharapkan, sehingga perlahan mereka menahan diri untuk tidak bergantung pada orang lain. Konsep tentang gaya keterikatan ini pertama kali dikembangkan oleh Mary Ainsworth dan Barbara Wittig pada tahun 1970.

Ciri-ciri avoidant tttachment saat dewasa

Gaya keterikatan ini tidak hanya berpengaruh di masa kecil, tapi juga bisa terbawa hingga dewasa. Beberapa tanda yang sering terlihat antara lain:

  • Menghindari kedekatan emosional dalam hubungan
  • Merasa pasangan terlalu clingy saat mencoba mendekat secara emosional
  • Lebih memilih menyelesaikan masalah sendiri ketimbang berbagi
  • Cenderung menekan atau mengabaikan perasaan negatif
  • Menarik diri dari percakapan yang tidak nyaman
  • Takut ditolak, sehingga menjaga jarak emosional
  • Memiliki harga diri tinggi, namun sering memandang negatif orang lain
  • Terlalu fokus pada kebutuhan dan kenyamanan diri sendiri

Penelitian juga menunjukkan bahwa avoidant attachment dapat berdampak pada kualitas hubungan di usia lanjut. Sebuah studi di Hong Kong menemukan bahwa pria lansia dengan gaya keterikatan ini mengalami efek negatif yang lebih besar terhadap kesejahteraan mereka dibandingkan wanita.

Apa penyebab avoidant attachment?

Avoidant attachment biasanya berkembang ketika anak sering mengalami penolakan atau pengabaian emosional dari orang tua atau pengasuh. Anak-anak ini belajar bahwa mencari kenyamanan atau menunjukkan emosi tidak akan menghasilkan respons yang mereka butuhkan. Akibatnya, mereka mulai menekan keinginan untuk mendapatkan dukungan, dan merasa harus mengandalkan diri sendiri. Beberapa faktor yang bisa menyebabkan avoidant attachment antara lain:

  • Orang tua yang kurang memahami kebutuhan emosional anak
  • Kurangnya empati dari pengasuh
  • Orang tua merasa terbebani dengan tanggung jawab mengasuh
  • Orang tua sendiri memiliki gaya keterikatan yang menghindar

Anak-anak ini lama kelamaan juga bisa kehilangan koneksi dengan kebutuhan emosional mereka sendiri. Mereka belajar untuk menenangkan diri tanpa bantuan orang lain, membangun pola pikir bahwa bergantung pada orang lain adalah sesuatu yang berisiko.

Baca juga: "Social Comparison" versus Framing di Era Digital

Baca juga: Makna dibalik memimpikan seseorang yang telah meninggal

Baca juga: Sering dibahas di medsos, apa itu "reverse psychology:?

Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |