Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan pasokan cabai di Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali normal setelah sempat berkurang akibat libur panen awal Ramadhan dan faktor cuaca, yang mengakibatkan harga cabai rawit merah sempat mencapai Rp200.000 per kilogram (kg).
"Dengan pulihnya pasokan, harga cabai rawit merah di pasaran diperkirakan segera stabil," kata Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan Andi Muhammad Idil Fitri dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Dia menegaskan bahwa produksi cabai secara keseluruhan dalam kondisi aman. Ia juga menyatakan bahwa Kementan telah berkoordinasi dengan para Champion Cabai untuk memastikan distribusi berjalan lancar.
“Kami sudah menugaskan Champion Cabai binaan untuk segera mendistribusikan pasokan ke pasar. Dengan langkah ini, pasokan akan kembali normal dan harga cabai melandai,” jelas Idil.
Selain libur panen, hujan deras juga menjadi faktor yang menyebabkan petani menunda panen sehingga sempat mempengaruhi ketersediaan cabai di pasar.
Namun, Idil memastikan bahwa kondisi itu hanya sementara, dan saat ini pasokan sudah kembali normal, terutama di beberapa sentra produksi.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Tengah M. Zaenal menyampaikan bahwa pasokan cabai rawit merah di daerahnya mulai pulih.
Ia memperkirakan harga cabai di tingkat konsumen yang saat ini berada di kisaran Rp80.000 sampai Rp90.000 per kg.
"Akan segera turun dalam beberapa hari ke depan," katanya.
Petani Champion Cabai Kabupaten Lombok Timur Haji Subhan juga membenarkan bahwa pasokan cabai sempat berkurang karena adanya tradisi libur berladang di awal Ramadhan.
“Hari pertama dan kedua bulan puasa, petani di Lombok umumnya tidak berladang, termasuk petani cabai. Akibatnya, pasokan menurun dan harga naik,” ujar Subhan.
Namun, ia memastikan bahwa para petani kini telah kembali beraktivitas dan mulai memanen cabai, sehingga pasokan ke pasar berangsur normal.
“Insya Allah pasokan dan harga cabai akan kembali stabil. Saya bersama mitra binaan Champion Cabai sudah mendapat penugasan dari Direktorat Jenderal Hortikultura untuk menghadirkan cabai langsung dari petani di Lombok Tengah hingga harga kembali normal,” kata Subhan.
Sebelumnya Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB mengungkapkan penyebab melambung harga cabai rawit merah menjadi Rp200 ribu per kilogram pada awal Ramadhan 2025, yakni menurunnya produksi lokal.
"Bunga cabai tidak bisa menjadi buah karena curah hujan tinggi," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat ditemui seusai rapat pengendalian inflasi di Kantor Gubernur NTB, Selasa (5/3).
Taufieq menuturkan luas panen cabai rawit di Nusa Tenggara Barat pada Januari 2025 mencapai 2.169 hektare dengan angka produksi 34.824 kuintal. Pada Desember 2024, luas panen cabai rawit mencapai mencapai 2.293 hektare dengan jumlah produksi mencapai 95.777 kuintal.
Jumlah produksi cabai rawit yang menurun sebanyak 63,64 persen dalam waktu satu bulan membuat stok cabai di pasaran menipis, sedangkan permintaan konsumen cenderung meningkat terutama saat Ramadhan.
Ia juga mengungkapkan jika konsumsi masyarakat NTB terhadap cabai rawit relatif sedikit, yakni sekitar 200 ton per pekan. Angka konsumsi lokal hanya sekitar 1,5 sampai 2 persen dari total produksi cabai rawit.
"Selain penurunan produksi, ada indikasi cabai dijual keluar daerah yang membuat stok cabai di dalam daerah menjadi terbatas," paparnya.
Baca juga: Kementan jaga stabilitas harga cabai lewat kolaborasi petani Champion
Baca juga: Kementan pastikan ketersediaan cabai nasional aman hingga akhir tahun
Baca juga: Pemerintah buka 4.800 gerai pangan untuk tekan harga bahan pokok
Baca juga: PIHPS: Harga cabai rawit Kamis Rp102.200/kg, telur ayam Rp31.650/kg
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025