Sekolah Lansia solusi peningkatan lansia jadi kepala rumah tangga

4 days ago 9
Untuk menghindari kesepian, sangat penting bagi lansia memiliki teman, terutama keluarga dan lingkungan agar lansia bisa mencurahkan pikirannya dan memiliki kegiatan yang bervariasi

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN mendirikan Sekolah Lanjut Usia (Lansia) di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, untuk mengatasi peningkatan persentase lansia yang menjadi kepala rumah tangga.

“Lansia juga memiliki peranan di dalam keluarga dengan tanggung jawab sebagai Kepala Rumah Tangga (KRT) yang tentunya berimplikasi pada aspek psikologi maupun ekonomi, padahal seharusnya lansia dapat menikmati hari tua tanpa beban yang berat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada tahun 2024, sekitar 53,91 persen lansia merupakan KRT, termasuk di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 51,36 persen lansia merupakan KRT," kata Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

Pada kunjungannya ke Sumatera Selatan, Selasa (15/4), Wihaji menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada seluruh pihak dan pemerintah daerah baik provinsi, kota, kecamatan dan kelurahan, serta mitra kerja yang telah berkontribusi dalam mewujudkan Lansia Berdaya (Sidaya) di Kabupaten Ogan Ilir dengan menghadirkan 305 siswa dari tujuh sekolah lansia.

Saat ini, terdapat enam Sekolah Lansia Standar I (S1) yang akan mewisuda 275 orang, dan 30 siswa Sekolah Lansia BKL Nurul Persada yang akan melanjutkan pembelajaran ke Standar II (S2).

"Peningkatan jumlah lansia dapat memberikan keuntungan jika dikaitkan dengan adanya bonus demografi. Peningkatan proporsi penduduk menua di Indonesia dideskripsikan sebagai keadaan ketika proporsi dari penduduk yang berusia tua semakin banyak, namun masih produktif dan masih memberikan sumbangan bagi perekonomian negara," ujar dia.

Baca juga: Sekolah lansia bantu cegah lansia depresi lewat kegiatan produktif

Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2045, Indonesia mengalami peningkatan penduduk lansia yang lebih besar dibandingkan kelompok penduduk usia produktif. Peningkatan ini berpengaruh pada rasio ketergantungan dimana tahun 2024, rasio ketergantungan lansia sebesar 17,76, artinya satu orang lansia didukung oleh enam penduduk usia produktif.

"Lansia juga tidak luput dari gangguan kesehatan mental. Penyebabnya biasanya karena para lansia seringkali merasakan kesendirian atau kekosongan, misalnya karena anak-anaknya sudah tidak bersama lagi, sehingga akan membuat lansia merasa tidak diperhatikan. Sisi kesehatan juga cenderung mengalami penurunan, di mana misalnya saat ini mengalami sakit, sehingga aktivitas yang dulu bisa banyak dilakukan, namun ketika lansia menjadi tidak bisa dilakukan. Inilah yang membuat lansia merasa tidak nyaman dengan keadaannya," ucap Wihaji.

Selain itu, menurutnya, isu kesepian dan depresi juga banyak dialami lansia, sehingga melalui berbagai kegiatan di Sekolah Lansia, diharapkan dapat mengurangi risiko penyakit mental tersebut.

"Untuk menghindari kesepian, sangat penting bagi lansia memiliki teman, terutama keluarga dan lingkungan agar lansia bisa mencurahkan pikirannya dan memiliki kegiatan yang bervariasi. Untuk itu, peran Kemendukbangga/BKKBN hadir dalam mewujudkan lansia yang berdaya yaitu lansia sehat, aman dan dapat berpartisipasi untuk keluarga maupun masyarakat," tuturnya.

Berdasarkan data BPS, Indonesia telah memasuki struktur penduduk tua yang ditandai dengan jumlah penduduk lansia yaitu 10,82 pada tahun 2021, dan pada tahun 2024 persentase meningkat menjadi 12 persen. Provinsi dengan persentase lansia tertinggi dimiliki Provinsi D.I. Yogyakarta sebesar 16,28 persen dan Provinsi Sumatera Selatan pada urutan ke-18 sebesar 10,23 persen.

Di Provinsi Sumatera Selatan, sebanyak 3,79 persen lansia tinggal sendiri, 19,33 persen lansia tinggal bersama pasangan, 33,02 persen lansia tinggal bersama keluarga inti, 42,45 persen lansia tinggal bersama tiga generasi, dan 1,41 persen lansia tinggal bersama anggota rumah tangga lainnya seperti adik, kakak, bibi, atau paman.

Baca juga: Pakar: Menghormati hak lansia perlu diajarkan sejak usia sekolah

Baca juga: Sekolah Lansia jadikan penduduk lansia bonus demografi

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |