Sejarah kota Damaskus sebagai salah satu pusat peradaban dunia

1 month ago 18

Jakarta (ANTARA) - Damaskus sebagai ibu kota Suriah adalah salah satu kota tertua di dunia yang terus dihuni oleh manusia.

Terletak di dataran subur dekat Sungai Barada, kota ini telah menjadi pusat peradaban selama lebih dari empat milenium.

Dengan sejarah yang sangat beragam, Damaskus telah menyaksikan naik turunnya kekaisaran, percampuran budaya, dan transformasi besar yang menjadikannya simbol peradaban yang abadi.

Awal mula dan peran sebagai pusat peradaban kuno

Damaskus pertama kali muncul dalam catatan sejarah pada abad ke-15 SM, dalam arsip Mesir yang merujuk pada kota ini sebagai pusat perdagangan.

Namun, bukti arkeologis menunjukkan bahwa kawasan tersebut telah dihuni jauh sebelumnya, kemungkinan sejak 8.000 tahun yang lalu.

Keberadaan Sungai Barada yang mengalir melalui kota menjadi faktor utama yang mendukung pertumbuhan awal Damaskus, menyediakan air bagi irigasi dan kehidupan sehari-hari.

Pada masa Kekaisaran Aram pada abad ke-11 hingga ke-8 SM, Damaskus menjadi pusat politik dan budaya yang penting.

Aram Damaskus, kerajaan yang berpusat di kota ini, memainkan peran strategis di Timur Dekat, berinteraksi dengan bangsa-bangsa seperti Asyur, Babilonia, dan Israel. Bahasa Aram, yang menjadi lingua franca kawasan tersebut turut berkembang dan menyebar dari kota ini.

Damaskus dalam sejarah kekaisaran besar

Setelah periode Aram, Damaskus menjadi bagian dari Kekaisaran Asyur dan kemudian Kekaisaran Babilonia.

Pada abad ke-6 SM, kota ini jatuh ke tangan Kekaisaran Persia Akhemeniyah, yang memberikan otonomi relatif kepada Damaskus sebagai kota penting dalam jalur perdagangan mereka.

Namun, Damaskus mulai bersinar dalam skala internasional setelah penaklukan oleh Aleksander Agung pada abad ke-4 SM.

Setelah kematian Aleksander, kota ini menjadi bagian dari Kekaisaran Seleukia, salah satu penerus kerajaan Makedonia. Dalam periode ini, Damaskus berkembang sebagai pusat Hellenistik dengan pengaruh budaya Yunani yang kental.

Pada abad ke-1 SM, Damaskus dikuasai oleh Kekaisaran Romawi. Di bawah Romawi, kota ini berkembang pesat dengan infrastruktur yang maju, seperti jalan raya, pasar, dan kuil. Salah satu peninggalan dari periode ini adalah Kuil Jupiter Damascenus, yang sisa-sisanya masih dapat ditemukan di lokasi Masjid Umayyah saat ini.

Peran Damaskus dalam dunia Islam

Transformasi terbesar dalam sejarah Damaskus terjadi pada abad ke-7 M, ketika kota ini ditaklukkan oleh pasukan Muslim di bawah Khalid bin Walid pada tahun 634 M. Penaklukan ini menjadikan Damaskus sebagai salah satu pusat utama dalam dunia Islam.

Damaskus mencapai puncak kejayaannya pada masa Dinasti Umayyah (661–750 M), ketika kota ini menjadi ibu kota kekhalifahan Islam.

Khalifah pertama Umayyah, Muawiyah bin Abu Sufyan, memilih Damaskus sebagai pusat kekuasaan karena lokasinya yang strategis dan infrastrukturnya yang sudah mapan.

Pada masa pemerintahan Khalifah Umayyah, kota ini dihiasi dengan bangunan megah, termasuk Masjid Umayyah yang menjadi simbol kejayaan peradaban Islam. Damaskus juga menjadi pusat intelektual, menarik para ilmuwan, seniman, dan penyair dari berbagai penjuru dunia Islam.

Namun, peran Damaskus sebagai ibu kota kekhalifahan berakhir pada tahun 750 M, ketika Dinasti Abbasiyah menggulingkan Umayyah dan memindahkan pusat kekuasaan ke Baghdad.

Meski demikian, Damaskus tetap menjadi kota penting dalam dunia Islam, terutama sebagai pusat perdagangan dan budaya.

Periode Mamluk dan Ottoman

Setelah berakhirnya kekuasaan Abbasiyah, Damaskus berada di bawah berbagai kekuatan, termasuk Dinasti Fatimiyah, Seljuk, dan akhirnya Kesultanan Mamluk pada abad ke-13 M. Di bawah Mamluk, Damaskus kembali berkembang sebagai pusat perdagangan dan pendidikan, dengan madrasah-madrasah besar dan pasar yang ramai.

Pada abad ke-16, Damaskus menjadi bagian dari Kekaisaran Ottoman. Selama periode Ottoman, kota ini mempertahankan statusnya sebagai pusat administratif dan spiritual.

Salah satu peran penting Damaskus dalam periode ini adalah sebagai titik awal bagi para jamaah haji menuju Mekkah.

Damaskus di era modern

Pada abad ke-20, Damaskus menjadi pusat perjuangan melawan kolonialisme Prancis setelah jatuhnya Kekhalifahan Ottoman.

Kota ini menjadi simbol perlawanan nasional Suriah selama Mandat Prancis (1920–1946). Setelah Suriah meraih kemerdekaan pada tahun 1946, Damaskus ditetapkan sebagai ibu kota negara.

Namun, perjalanan modern Damaskus tidak lepas dari tantangan besar, terutama selama perang saudara Suriah yang dimulai pada tahun 2011.

Konflik ini menyebabkan kerusakan besar pada kota dan kehidupan penduduknya. Meski begitu, Damaskus tetap berdiri sebagai simbol ketahanan dan identitas nasional Suriah.

Budaya dan warisan yang kekal

Damaskus bukan hanya kota dengan sejarah panjang, tetapi juga pusat kebudayaan yang kaya. Kota ini dikenal dengan pasar tradisionalnya, seperti Souq al-Hamidiya, yang menjual berbagai barang dari kain sutra hingga rempah-rempah.

Selain itu, Damaskus juga terkenal dengan seni ukir kayu, tembikar, dan masakan tradisionalnya yang menggambarkan perpaduan budaya dari berbagai era.

Warisan arsitektural Damaskus, termasuk Masjid Umayyah, Taman Azem, dan jalan-jalan sempit Kota Tua, menunjukkan keindahan dan kompleksitas sejarah kota ini.

Pada tahun 1979, UNESCO menetapkan Kota Tua Damaskus sebagai Situs Warisan Dunia karena nilai historis dan budayanya yang luar biasa.

Damaskus adalah kota yang tak tertandingi dalam hal sejarah dan pengaruhnya terhadap peradaban manusia.

Sebagai salah satu kota tertua yang terus dihuni, Damaskus telah menjadi saksi dari berbagai fase penting dalam sejarah dunia, dari era kuno hingga modern.

Meski menghadapi berbagai tantangan, kota ini tetap menjadi pusat kebudayaan, spiritualitas dan ketahanan manusia, yang akan terus menginspirasi generasi mendatang.

Baca juga: Bashar Al Assad tinggalkan Suriah saat pemberontak kuasai Damaskus

Baca juga: Rusia: Bashar Al-Assad mengundurkan diri, putuskan keluar dari Suriah

Baca juga: KBRI Damaskus pastikan WNI di Suriah aman di tengah eskalasi konflik

Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024

Read Entire Article
Rakyat news | | | |