Jakarta (ANTARA) - Majelis Hukama Muslimin (MHM) mengumumkan hasil seleksi peserta Harmony Camp akan diikuti oleh 40 peserta dari berbagai daerah dengan latar belakang keagamaan yang berbeda-beda.
"Harmony Campy ini digelar MHM sebagai rangkaian dari peringatan Hari Persaudaraan Manusia Sedunia yang diperingati setiap 4 Februari," ujar Direktur MHM kantor cabang Indonesia Muchlis M. Hanafi di Jakarta, Jumat.
Harmony Camp diinisiasi oleh Majelis Hukama atas kerja sama MHM dengan Eco Learning Camp-Bandung, Pusat Pengkajian Islam Universitas Nasional, Greenfaith Indonesia, dan Jaringan Gusdurian. Harmony Camp akan berlangsung di Bandung, 24 hingga 27 Februari 2025.
Pertemuan peserta dan narasumber Harmony Camp digelar secara hibrida, daring dan luring. Para peserta mengikuti secara online, sementara sejumlah narasumber hadir di kantor MHM cabang Indonesia di Jakarta.
Baca juga: Majelis Hukama gelar Harmoni Camp peringati Hari Persaudaraan Manusia
Baca juga: MHM: Dokumen Persaudaraan wakili tonggak sejarah dialog antaragama
Muhclis M. Hanafi mengenalkan MHM sebagai organisasi internasional yang didirikan sejumlah ulama dan dipimpin Grand Syekh Al Azhar Ahmed Al Tayeb.
Pendiri dan anggota MHM berasal dari berbagai negara. Dari Indonesia, tercatat sebagai pendiri sekaligus anggota adalah Quraish Shihab. Selain itu, ada TGB M. Zainul Majdi sebagai anggota komite eksekutif.
"Eco Camp adalah salah satu dari rangkaian giat MHM cabang Indonesia dalam rangka memperingati Hari Persaudaraan Kemanusiaan Internasional 2025. Kami melihat ada keterkaitan erat upaya merajut persaudaraan dengan bagaimana mengatasi persoalan iklim," kata Muchlis.
Menurutnya, seringkali konflik kemanusiaan dipicu oleh persoalan yang timbul akibat dampak perubahan iklim. Migrasi di suatu kawasan terjadi karena adanya krisis pangan.
Konflik muncul karena perebutan sumber daya di berbagai wilayah dan itu awalnya diakibatkan kerusakan alam hingga terjadi keterbatasan sumber daya.
"Harmony Camp, tidak hanya memfasilitasi anak muda lintas iman untuk membangun dialog bersama, tapi juga berkomitmen untuk merawat jagad raya. Tema besar yang kita angkat terkait lingkungan, kita bahas dalam perspektif lintas agama," kata dia.
Muchlis Hanafi berharap Eco Camp bisa menjadi wadah dialog generasi muda bagaimana membangun persaudaraan di tengah keragaman yang ada, sekaligus wahana belajar dan menumbuhkan komitmen bersama untuk berkontribusi dalam merawat alam, berangkat dari keyakinan masing-masing.
"MHM akan memberikan fasilitasi dari pelaksanaan kegiatan hingga pendampingan (mentoring) pasca kegiatan," kata dia.
Direktur PPI Unnas Fachruddin Mangunjaya mengapresiasi inisiatif MHM. Sinergi merawat lingkungan sangat penting karena dampak yang kerusakan yang makin nyata.
Menurutnya, peristiwa kebakaran di California, yang menghanguskan 36 ribu hektar menyadarkan manusia tentang bahaya perubahan iklim.
"Ini masalah kita bersama. Tidak bisa ditangani satu agama atau individu. Kita harus sama-sama. Negara besar seperti Amerika saja tidak berdaya dengan adanya disaster yang menimpa mereka. Itu perubahan iklim yang bisa menjadi pelajaran buat kita," kata dia.*
Baca juga: Hashim Djojohadikusumo dan Sekjen MHM bertemu bahas tantangan iklim
Baca juga: Majelis Hukama dan PM Azerbaijan bahas pentingnya atasi krisis iklim
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025