Sang pengibar bendera pusaka tak kuasa bendung rasa haru dan bangga

1 month ago 14
“Perasaan dari Nabire ke Jakarta sangat terharu, rasa bangga, orang tua tersenyum,”

Depok (ANTARA) - Calon anggota pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka) tidak kuasa membendung rasa haru dan bangga karena dipercayai untuk ikut andil dalam mengibarkan Sang Dwiwarna, bendera Merah Putih, pada HUT Ke-80 RI, Minggu (17/8).

Matthew Farel, calon Paskibraka perwakilan Papua Tengah, mengaku telah menaklukkan banyak tantangan hingga bisa mencapai panggung nasional. Perjuangan yang membuahkan hasil itu membuat Matthew diselimuti rasa syukur.

“Perasaan dari Nabire ke Jakarta sangat terharu, rasa bangga, orang tua tersenyum,” kata Matthew saat bertutur kepada ANTARA di sela-sela latihan gabungan di Taman Wiladatika, Depok, Jawa Barat, Senin.

Menjadi Paskibraka merupakan mimpi yang terkabul untuk Matthew. Dia terinspirasi menjadi pengibar bendera dari kakak kelasnya. Ia pun mengikuti kegiatan ekstrakurikuler paskibra di sekolah untuk mengasah kemampuan.

“Ada rasa terharu, kayak, waktu dulu itu macam rasa, ih, macam rasa tidak bisa, begitu, masuk nasional, macam rasa, ah, mungkin sampai di provinsi saja, tapi mungkin Tuhan sudah atur jalannya sampai di nasional,” ujarnya.

Bagi Matthew, bendera Merah Putih bukan sekadar kain belaka. Sang Dwiwarna itu, tuturnya, melambangkan perjuangan bangsa Indonesia.

“Itu bukan sekadar kain, maksudnya, kita harus menghargai perjuangan-perjuangan bangsa Indonesia, pahlawan-pahlawan yang telah berkorban, banyak jiwa yang telah gugur di medan perang waktu dulu,” kata dia.

Selama menjalani pelatihan, Matthew mengaku mendapatkan banyak materi terkait nilai-nilai Pancasila. Tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga di dalam keseharian saat bercengkerama dengan sesama calon Paskibraka.

Baca juga: BPIP pastikan seluruh calon paskibraka dalam kondisi sehat

Baca juga: BPIP: Calon Paskibraka 2025 dikukuhkan pada 13 Agustus

Dengan kawan sekamar asal Jawa Barat, Matthew sering bertukar cerita perihal budaya dan adat istiadat. Cerita keberagaman itu menggerakkan Matthew untuk mengajak generasi muda Indonesia lainnya agar menghargai perbedaan.

“Kita harus sama-sama [menghargai] karena kita Indonesia. Kita itu dibekali bhinneka tunggal ika, berbeda-beda tapi tetap satu,” ucapnya.

Kebanggaan yang sama juga menyeruak dari wajah Alya Zahra Khalisah, calon Paskibraka perwakilan Riau. Betapa tidak, Alya berhasil menjadi Paskibraka pertama dari kampungnya.

“Saya senang sekali. Hampir… sudah menangis orang tua saya, menangis semuanya, terharu. Keluarga saya itu sudah tidak bisa diutarakan lagi,” kata Alya ditemui di lokasi yang sama.

Menjadi Paskibraka ibarat petualangan bagi remaja asal Kampar itu. Ia ingin mencoba hal baru sekaligus memotivasi teman sejawat bahwa mimpi dapat terkabul jika diiringi doa, tekad kuat, dan usaha.

“Kebetulan di kampung saya itu belum ada Paskibraka. Jadi saya ingin mencoba hal baru. Di keluarga saya juga belum ada Paskibraka. Jadi saya ingin mencoba hal baru supaya bisa memotivasi semua orang juga,” ujarnya.

Enam hari menjelang upacara peringatan hari kemerdekaan RI ke-80, Alya banyak melatih kesiapan mental di samping juga kebugaran fisik. Ia berharap upacara di Istana Merdeka Jakarta nantinya bisa berjalan lancar.

“Ya, mental, itu kita akan mengibarkan bendera pusaka, di hadapan semua orang, dilihat oleh satu Indonesia, bahkan sampai keluar negeri,” ucapnya.

Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |