Jakarta (ANTARA) - Para ahli kesehatan mata dari dalam dan luar negeri membahas perkembangan terbaru dalam penanganan penyakit retina pada forum ilmiah Roche Retina Summit 2025 yang digelar di Jakarta, Senin (3/11).
Pertemuan itu menyoroti sejumlah hasil studi terbaru terkait pengobatan penyakit retina, termasuk Retinal Vein Occlusion (RVO) atau yang dikenal sebagai “stroke mata”, neovascular Age-related Macular Degeneration (nAMD), serta Diabetic Macular Edema (DME) yang merupakan tiga penyebab utama kebutaan di Asia.
Presiden Direktur Roche Indonesia Sanaa Sayagh dalam keterangan resminya pada Selasa mengatakan, forum tersebut menjadi wadah pertukaran pengetahuan dan data ilmiah terkini antar tenaga medis dan peneliti.
"Diskusi ilmiah seperti ini penting untuk memperkuat pemahaman mengenai terapi terbaru yang berpotensi meningkatkan hasil penglihatan pasien sekaligus mengurangi beban pengobatan,” ujarnya.
Ketua Vitreo-Retina Service JEC Eye Hospitals & Clinics dr. Elvioza, SpM(K), dalam paparannya mengungkapkan hasil studi SALWEEN yang dilakukan di sejumlah negara Asia dan telah dipresentasikan di Kongres Retina EURETINA di Paris pada September 2025. Studi tersebut menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada pasien dengan Polypoidal Choroidal Vasculopathy (PCV).
“Data SALWEEN menunjukkan bahwa 61 persen pasien mengalami regresi polip dan sekitar 83 persen pasien dapat memperpanjang interval injeksi hingga tiga bulan atau lebih,” kata dr. Elvioza. Ia menambahkan, temuan itu memberikan harapan baru bagi pasien yang selama ini memerlukan pengobatan intensif dalam jangka panjang.
Sementara itu, pakar retina dari Universitas Nasional Uveitis Singapura Dr. Yuen Yew Sen menyoroti pentingnya deteksi dan penanganan dini terhadap RVO. “Penundaan pengobatan dapat menyebabkan kerusakan penglihatan permanen. Pengobatan yang lebih cepat terbukti memberi hasil penglihatan yang lebih baik,” ujarnya.
Penyakit retina seperti degenerasi makula terkait usia dan edema makula diabetik masih menjadi penyebab utama gangguan penglihatan di seluruh dunia. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan memperkirakan terdapat sekitar lima hingga enam juta orang yang mengalami gangguan penglihatan, dan menargetkan penurunan gangguan akibat retinopati diabetik sebesar 25 persen pada 2030.
Ketua Umum Indonesian Vitreo-Retina Society (INAVRS) dr. Referano Agustiawan, SpM(K), menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat layanan kesehatan mata di Indonesia. “Kemajuan dalam bidang retina hanya dapat dicapai melalui kerja sama antara pemerintah, institusi medis, dan pemangku kepentingan lainnya,” katanya.
Forum Roche Retina Summit 2025 diakhiri dengan seruan untuk memperkuat edukasi publik dan akses terhadap diagnosis serta terapi dini guna mencegah kehilangan penglihatan akibat penyakit retina.
Baca juga: Studi terbaru ungkap terapi lebih aman untuk pasien gangguan retina
Baca juga: Deteksi dini diperlukan untuk cegah degenerasi makula karena usia
Baca juga: RoCW 2025 gerakkan kepedulian kolektif bantu anak penderita kanker
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































