Riset temukan peran institusi agama dukung inovasi lingkungan lokal

5 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Riset Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menemukan inovasi lingkungan oleh komunitas lokal sangat terpengaruh dengan peran institusi agama dan inisiator lokal selain jaringan partisipasi warga yang kuat.

Koordinator Riset PPIM UIN Jakarta Testriono dalam paparan di Jakarta, Selasa, menjelaskan bahwa pihaknya melakukan kajian di 16 desa yang berada di 7 provinsi untuk dapat menjelaskan fenomena mengapa sebagian komunitas Muslim mengembangkan inovasi lingkungan atau disebutnya sebagai "green Muslim" di akar rumput, tapi sebagian lainnya tidak.

Dia menjelaskan bahwa faktor pertama yang sangat penting untuk menciptakan inovasi lingkungan adalah partisipasi warga yang kuat sebagai tercermin dalam keterlibatan masyarakat dalam organisasi atau perkumpulan sosial.

"Yang kedua menjadi kunci adalah institusi agama. Yang di sini kami jelaskan sebagai framing atau penggunaan ajaran agama dalam konteks lingkungan. Kemudian tokoh agama, para tokoh agama yang menjadi kunci, tokoh agama yang sadar lingkungan atau yang menceramahkan atau mendakwahkan isu-isu lingkungan dalam ceramahnya, dan lembaga agama," jelasnya.

Dalam risetnya, tim PPIM menemukan di lapangan keterlibatan santri, madrasah dan masjid yang menjadi kunci pengembangan inovasi lingkungan di masyarakat lokal.

Dia memberikan contoh seperti Desa Sangurejo, D.I. Yogyakarta, di mana terdapat partisipasi aktif dari PKK, majelis taklim dan kelompok remaja yang melaksanakan sejumlah inovasi seperti sumur biopori, pengelolaan sampah lewat gerakan sedekah sampah sampai penempatan beberapa lampu panel surya.

Model yang sama ditemukan di Cibunian, Jawa Barat yang memiliki program hutan wakaf serta keterlibatan siswa madrasah dan warga lokal. Begitu pula di Sangaji di Maluku Utara di mana tokoh agama ikut menyampaikan isu lingkungan melalui pengajian dan ritual agama yang didukung oleh tokoh penggerak lokal mendorong keterlibatan warga dalam inovasi seperti kolam retensi dan biopori untuk mengatasi kekeringan serta intrusi air laut.

"Jadi interaksi tiga variabel ini, yang kami temukan ini, menjadi kunci dalam menjelaskan mengapa sebagian lokal itu mampu atau berhasil mengembangkan upaya-upaya inovatif penyelamatan lingkungan, tapi sebagian lain tidak," jelasnya.

Jika ketika salah satu variabel atau seluruhnya lemah dalam sebuah komunitas, maka pihaknya melihat kesulitan untuk menumbuhkan kesadaran dan inovasi terkait lingkungan hidup.

Baca juga: FK UIN Jakarta kantongi Izin Program Magister Ilmu Biomedis

Baca juga: UIN Jakarta tempati posisi puncak peringkat Sinta klaster PTKIN

Baca juga: Kemenag dorong pengembangan masjid ramah lingkungan lewat ISIM 2024

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |