Banda Aceh (ANTARA) - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh Prof Mujiburrahman menyatakan keberhasilan Pemerintah Indonesia memperoleh izin membangun Kampung Haji di Kota Makkah, Arab Saudi, merupakan cermin diplomasi bermartabat dan memiliki makna yang sejalan dengan sejarah hubungan Aceh- Makkah.
"Capaian tersebut bukan hanya simbol keberhasilan diplomasi, tetapi juga cerminan kepemimpinan visioner yang berpihak pada kepentingan umat " kata Mujiburrahman di Banda Aceh, Selasa.
Ia menjelaskan langkah tersebut bukan sekadar prestasi diplomasi, tapi juga simbol bahwa Indonesia dihormati di kancah dunia Islam.
Mujiburrahman mengungkapkan jauh sebelum gagasan Kampung Haji Indonesia di Makkah telah terhubung sejarah panjang Aceh dan Makkah melalui warisan wakaf produktif putra Aceh, Habib Bugak Al Asyi.
Baca juga: Pemerintah kebut proses negosiasi dan lelang pembangunan Kampung haji
“Bagi masyarakat Aceh, berkhidmat di Tanah Suci bukan hal baru. Sejak abad ke-13 Hijriah, sudah ada putra Aceh, Habib Bugak Al Asyi, yang mewakafkan hartanya untuk membantu jamaah dan pelajar asal Aceh di Makkah. Semangat seperti inilah yang kini dilanjutkan dalam skala nasional lewat Kampung Haji Indonesia,” katanya.
Dikenal sebagai salah satu tradisi filantropi tertua di dunia Islam, wakaf Habib Bugak telah berabad-abad memberikan manfaat bagi jamaah Aceh yang menunaikan haji dan menuntut ilmu di Tanah Suci.
Habib Bugak, seorang saudagar Aceh yang menetap di Makkah pada 1222 Hijriah, membeli sebidang tanah di kawasan Qusyasyiah kini berada di sekitar Bab Al Fath, antara Marwah dan Masjidil Haram untuk dijadikan wakaf produktif.
Baca juga: Danantara proyeksikan luasan Kampung Haji capai 80 hektare
Hasil pengelolaan wakaf itu setiap tahun disalurkan kepada jamaah haji asal Aceh, termasuk dalam bentuk tambahan dana sebesar 1.200 riyal Saudi (sekitar Rp4,5 juta) bagi setiap jamaah yang berangkat dari Aceh.
Wakaf tersebut kini mengelola sejumlah properti strategis, antara lain Hotel Elaf Masyair dan Ramada Hotel di kawasan Ajyad Mushafi yang hanya berjarak sekitar 250–300 meter dari Masjidil Haram.
Selain itu terdapat hotel wakaf Habib Bugak Al Asyi di Aziziah yang dapat menampung 750 jamaah haji, serta lahan dan kantor wakaf di kawasan Aziziah dan Syaikiyah.
“Ini contoh konkret bagaimana nilai keagamaan, kedermawanan, dan kemandirian ekonomi bisa berjalan seiring. Wakaf Habib Bugak membuktikan bahwa investasi spiritual umat bisa melahirkan manfaat lintas generasi,” kata Mujiburrahman.
Baca juga: Kloter 1 jamaah Aceh mulai terima dana wakaf Baitul Asyi 1.500 riyal
Pewarta: M Ifdhal
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.