Jakarta (ANTARA) - Redea Institute mengajak para praktisi untuk membahas pendidikan pada era digital melalui konferensi internasional yang bertema “Menggagas Ulang Pendidikan di Era Digital”.
“Dalam mewujudkan misi tersebut, kami terus berkolaborasi dengan para pakar pendidikan ternama bertaraf internasional,” kata pendiri dan CEO Redea Institute Antarina S.F Amir di Jakarta, Kamis.
Antarina mengatakan acara tersebut terdiri dari rangkaian seminar dan lokakarya untuk guru, kepala sekolah, dan praktisi pendidikan lainnya. Konferensi ini berfungsi sebagai wadah bagi para pendidik di Indonesia dan seluruh dunia, dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini sampai dengan Sekolah Menengah Atas untuk bertukar ide dan terlibat dalam pembelajaran berkelanjutan.
Adapun tema yang dipilih bertujuan untuk menyoroti peran kecerdasan buatan (AI) di ruang kelas, kesetaraan digital, pembelajaran berbasis data, model pembelajaran hibrida dan personal, suara siswa, kepemimpinan yang etis, dan kesejahteraan dalam konteks digital.
“Menggagas ulang pendidikan di era digital inti dari Konferensi Internasional Redea 2025 terletak pada keyakinan bahwa transformasi pendidikan hanya dapat terwujud melalui kolaborasi lintas disiplin, lintas generasi, dan lintas batas geografis,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa dengan membawa visi pendidikan yang lebih luas, pihaknya dapat berkontribusi menjaga komitmen terhadap kualitas pendidikan yang telah dikenal selama 29 tahun.
Redea Institute meyakini bahwa salah satu komponen penting keberhasilan siswa adalah kualitas guru. Oleh karena itu, sejak tahun 1996, pihaknya terus mengembangkan program untuk pengembangan profesional guru, administrator, dan staf, dan terus meningkatkan pengajaran dan pembelajaran dengan tujuan akhir keberhasilan siswa.
Baca juga: Pentingnya menerapkan pembelajaran konstruktif pada anak
Penulis sekaligus profesor di bidang pendidikan Dr. John Almarode menambahkan sebagai pendidik, para guru harus mengakui bahwa para siswa dan rekan kerja kini menghadapi lingkungan yang sangat berbeda dibandingkan dengan sebelumnya.
“Sebagus apapun teknologi generative AI berkembang, itu hanyalah alat bantu bukan jawaban. Dari pandemi COVID-19, kita belajar satu hal penting yakni peran guru tidak dapat digantikan. Teknologi mungkin berubah, tetapi guru yang hebat akan selalu bertahan,” kata Almarode.
Selain Almarode, turut hadir Kenneth Shelton yang merupakan pakar teknologi pendidikan dan Apple Distinguished Educator, serta Bryan
Goodwin, penulis buku pendidikan sekaligus CEO McREL International. Konferensi Internasional ini juga menampilkan Learning Heroes, yang merupakan sesi berbagi oleh para guru sekolah-sekolah jaringan Redea Institute. Guru-guru terpilih dari PAUD, SD, SMP, hingga SMA menjadi pembicara sesi masing-masing, berbagi pengalaman dalam strategi mengajar dan wawasan mereka kepada sesama pendidik.
Baca juga: Pakar: Kampus terkemuka tak sekadar cari siswa yang cerdas
Baca juga: Kemendikdasmen gelar sayembara 7 KAIH ajang kreativitas praktik baik
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.