Rebo Wekasan 2025: Ini asal-usul di balik tradisinya

1 month ago 13

Jakarta (ANTARA) - Rabu Wekasan, atau yang kerap disebut juga Rabu Pungkasan, merupakan tradisi yang digelar setiap Rabu terakhir pada bulan Safar. Nama ini berasal dari bahasa jawa dengan kata “Rebo” yang berarti hari Rabu dan “wekasan” yang bermakna akhir atau penutup.

Penentuan waktunya mengacu pada kalender Hijriah, khususnya bulan Safar yang merupakan bulan kedua dalam perhitungan kalender Islam. Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia 2025 terbitan Kementerian Agama (Kemenag) RI, bulan Safar 1447 H dimulai pada 1 Safar 1447 H yang bertepatan dengan Sabtu, 26 Juli 2025, dan berakhir pada 30 Safar 1447 H atau Minggu, 24 Agustus 2025.

Dengan perhitungan tersebut, Rabu terakhir di bulan Safar tahun 1447 H jatuh pada 26 Safar 1447 H, tepatnya pada Rabu, 20 Agustus 2025. Artinya, peringatan Rebo Wekasan di tahun 2025 akan berlangsung pada tanggal tersebut.

Lalu, seperti apa sebenarnya asal-usul dari tradisi Rebo Wekasan? Berikut penjelasan yang dirangkum dari berbagai sumber.

Baca juga: Amalan Rebo Wekasan yang dianjurkan Islam untuk lindungi dari musibah

Asal-usul tradisi Rebo Wekasan

Rebo Wekasan merupakan wujud perpaduan antara kearifan lokal dan ajaran Islam. Tradisi yang berakar dari budaya Jawa ini dilaksanakan dengan serangkaian ritual keagamaan sesuai syariat Islam.

Sejarahnya dapat ditelusuri sejak abad ke-17, pada masa penyebaran Islam oleh Wali Songo. Tradisi ini diyakini berlandaskan pada sebuah hadis Rasulullah SAW yang menanggapi anggapan sebagian orang tentang adanya kesialan atau keburukan di bulan Safar.

Pada masa itu, banyak ulama yang meyakini bahwa di bulan Safar turun lebih dari 500 jenis penyakit ke bumi. Sebagai bentuk ikhtiar untuk terhindar dari penyakit dan bencana, mereka mengadakan tirakatan yakni malam khusus untuk memperbanyak ibadah dan doa. Tujuan dari amalan tersebut adalah memohon perlindungan kepada Allah SWT agar dijauhkan dari segala mara bahaya, khususnya pada Rabu terakhir bulan Safar.

Tirakatan yang digelar setiap tahun ini menjadi simbol doa dan usaha agar terhindar dari musibah. Meski telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, tradisi Rebo Wekasan tetap dijaga kelestarian-nya hingga sekarang. Pelaksanaan Rebo Wekasan sendiri berbeda-beda di setiap daerah, namun esensi-nya sama, yakni untuk memohon keselamatan.

Selain menjadi sarana doa dan permohonan keselamatan, tradisi ini juga berfungsi mempererat silaturahmi antarwarga. Melalui kegiatan bersama seperti doa berjamaah, hingga pembacaan ayat suci Al-Quran, masyarakat saling berbagi rasa syukur sekaligus menjaga warisan budaya yang telah diwariskan turun-temurun.

Dengan demikian, Rebo Wekasan tidak hanya memiliki nilai religius, tetapi juga memegang peranan penting dalam memperkuat ikatan sosial dan melestarikan identitas budaya lokal.

Baca juga: Jadwal Rebo Wekasan 2025 dan tujuan di balik tradisinya

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |