Padang (ANTARA) - Direktur Utama PT Garam Abraham Mose optimistis mampu memenuhi kebutuhan garam di tanah air dan menghentikan program impor garam pada 2027.
"Kita terus berupaya bagaimana selisih kekurangan kebutuhan garam dapat diatasi, apalagi secara bertahap pada 2027 kita sudah harus menghentikan impor garam," kata Direktur Utama Garam Abraham Mose di Padang, Sumbar, Kamis.
Mose mengatakan saat ini kebutuhan garam nasional berkisar di angka 4,9 hingga 5 juta ton setiap tahunnya.
Namun, sayangnya, saat ini Indonesia baru bisa memenuhi setengah dari jumlah kebutuhan itu dan sisanya diimpor dari luar negeri.
Selain di Madura dengan luas lahan mencapai 5.100 hektare (ha), PT Garam juga sedang membidik beberapa daerah di Indonesia yang berpotensi besar menjadi sentra garam nasional.
"Dari 5.110 ha itu yang produktif sekitar 4.200 ha dan tersebar dari Pamekasan hingga Sumenep dan sangat produktif," sebut dia.
Saat ini Garam berencana mengembangkan sentra garam di daerah Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumba Timur serta Pulau Sabu yang satu garis dengan Australia Barat dan memiliki potensi besar sebagai penghasil garam nasional.
"Di Pulau Sabu ini potensi garamnya sangat baik sekali, ini mungkin karena satu garis dengan Australia Barat yang sekarang kita impor garam dari sana," ujarnya.
Selain di NTT, Garam juga melihat potensi besar pengembangan produksi garam di Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Apabila nantinya ketiga wilayah itu itu sudah produktif menghasilkan garam, maka impor atau ketergantungan garam dari luar bisa dihentikan pada 2027.
"Untuk mewujudkan itu semua PT Garam akan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan," kata dia.
Baca juga: PT Garam jajaki dua daerah di Sumbar jadi sentra produksi garam
Baca juga: Menko Zulhas: Percepatan sertifikasi industri garam genjot produksi
Baca juga: KKP dorong PT Garam tingkatkan produksi agar penuhi kebutuhan nasional
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025