Proses penjualan sampai kepastian pasar tantangan bagi kopi excelsa

4 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Petani Kopi dan Ahli Excelsa Coffee Processor Rainaldi menyebut proses penjualan biji kopi ke tengkulak hingga kepastian pasar menjadi tantangan dalam memberikan harga pada biji kopi excelsa.

"Si pemilik kopi excelsa sebetulnya dengan menjual dengan harga kopi robusta, itu menguntungkan buat mereka, cuma kalau tengkulak tahu, mereka rugi karena harganya kan lebih rendah (dari robusta)," kata Rainaldi dalam temu media di Jakarta, Jumat.

Rainaldi bercerita para petani excelsa dapat dengan mudah mengetahui karakter biji kopi excelsa dari pohonnya yang menjulang tinggi dan dapat hidup selama ratusan tahun. Namun karena eksistensinya yang dapat dibilang masih kalah dari arabica dan robusta, membuat petani terkadang mengakali tengkulak dengan mengatakan biji itu merupakan biji kopi robusta.

"Tapi sekarang para tengkulak sudah mulai tahu, jadi si pengolah kopi robusta hati-hati, jangan sampai kedapatan kopi excelsa itu," ucap dia.

Baca juga: Kiat membuat kopi yang aman bagi lambung selama menjalankan puasa

Ia menyayangkan hal tersebut, sebab seharusnya momen itu dijadikan sebagai waktu para petani excelsa untuk memperkenalkan keunikannya dan memperkuat klasifikasi excelsa dalam varian kopi Indonesia.

Tantangan lain datang dari adanya produktivitas lahan yang belum optimal, keterbatasan akses petani terhadap pengetahuan dan praktik budidaya yang baik, masalah iklim serta kepastian pasar.

Terkait dengan kepastian pasar, Rainaldi menyebut harganya masih berada di tengah-tengah keduanya. Misalnya, jika robusta dijual dengan harga Rp130 hingga Rp200 ribu per kilo green beans, excelsa mungkin dihargai sebesar Rp150 ribu per kilo green beans seperti yang ia jual saat ini.

Padahal dari latar belakang excelsa yang mempunyai nilai historikal tinggi, mampu hidup dalam waktu yang lama dan cita rasanya yang unik, seharusnya biji kopi tersebut bisa melebihi harga kopi arabica.

Baca juga: Tokopedia sebut masyarakat semakin gemar membeli kopi lokal

"Apalagi dulu mungkin harganya enggak seberapa, tapi kan ketika yang dibawa Ryan Wibawa ke kompetisi dunia dan menang, otomatis kan efek juga ke petani. Dulu mungkin saya masih bisa beli ceri excelsa per kilo di angka Rp5 ribu, kalau sekarang udah dua kali lipatnya mungkin," ucapnya.

Oleh karenanya, Rainaldi berharap pemerintah terkhusus Pemda Jawa Barat daapt membantu para petani dengan cara memperkuat riset dan pemetaan terkait biji kopi excelsa mengingat keragaman genetik kopi di Indonesia sangat luas.

Pemerintah juga diminta memfasilitasi petani mulai dari alat dan mesin di kebun kopi agar mempermudah produksi kopi lokal.

"Sebenarnya Dinas Perkebunan Jawa Barat sudah kasih bantuan yang sangat besar, tapi untuk excelsa masih kurang, karena ini jenis kopi yang baru ketahuan begitu," ujar dia.

Baca juga: Tokopedia kenalkan kopi excelsa melalui #satudalamkopi

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Gandjar Yudniarsa mengatakan pemerintah setempat telah melakukan pembinaan pada para petani dari hulu sampai hilir.

"Artinya budidaya itu mulai dari benih, sarana-prasarana pertaniannya, kemudian perlindungan terhadap serangan hama sampai ke hilir, pembinaan untuk hilirisasi termasuk sumber daya manusianya itu sudah diberikan," ucapnya.

Gandjar mengatakan pembinaan juga dilakukan bersama dengan para mitra, yang membantu memberikan intervensi serta bantuan hukum terkait dengan proses budidaya biji kopi.

Di samping itu Pemprov Jawa Barat juga menggalakkan publikasi soal kopi excelsa kepada masyarakat. Puncak publikasi dilakukan ketika biji kopi excelsa dibawa oleh Ryan Wibawa ke kompetisi World Brewers Cup 2024 di Chicago, Amerika Serikat dan menyabet juara ketiga.

Pemerintah, katanya, juga kemudian berupaya membuat sebuah regulasi yang dapat meningkatkan produktivitas serta pendapatan para petani.

Baca juga: Kebun kopi Jabar tawarkan pengalaman agrowisata pada wisatawan

Baca juga: Asosiasi ingatkan masyarakat tak konsumsi kopi berlebihan selama puasa

Baca juga: ICF & CBE Expo 2025 diselenggarakan di NICE pada 10-12 Oktober 2025

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |