Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatra (PHE OSES) berkolaborasi dengan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mancing Bahagia memfasilitasi nelayan di Kepulauan Seribu mengolah limbah menjadi barang bernilai lewat program Pelaut Tangguh.
Pelaut Tangguh merupakan akronim dari Peningkatan Pendapatan Nelayan yang Tanggap, Guyub, dan Humanis.
"Fokus program Pelaut Tangguh adalah peningkatan pendapatan nelayan, yang dilakukan melalui dua pendekatan, yakni optimalisasi tangkapan hasil laut melalui dukungan terhadap nelayan tangkap, dan menggagas sumber pendapatan alternatif," kata Head of Communication, Relations & CID PHE OSES Indra Darmawan dalam keterangan diterima di Jakarta, Senin.
PHE OSES pun menceritakan sosok Bahrudin, nelayan yang lahir dan besar di Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu yang melakukan aktivitas berbeda. Ia memilih untuk menghabiskan hari berjalan meniti jalanan beton yang memisahkan laut dan daratan pulau, yang berjarak 84 kilometer dari pesisir utara pulau Jawa.
Baca juga: PHE OSES tanam 20.000 batang mangrove di Lampung Timur cegah abrasi
Bahrudin pun melihat sepotong kayu usang yang mengambang terombang-ambing di pesisir mendekat persis di depan dia berdiri. Potongan kayu itu berasal dari sisa kapal tua yang tak lagi beroperasi. Laki-laki 44 tahun ini sadar bahwa meningkatnya populasi berimbas pada meningkatnya limbah yang dihasilkan di Pulau Kelapa Dua dan pulau-pulau di sekitarnya.
Melihat hal tersebut, Bahrudin berjanji untuk melakukan perubahan dengan mengurangi sampah yang bermuara ke laut.
Dengan penuh tekad, Bahrudin mempelajari beragam cara untuk memanfaatkan limbah kayu. Ia mulai membentuk ragam kerajinan, salah satunya membuat miniatur kapal dan umpan pancing, atau biasa disebut udang-udangan.
Kepiawaiannya dalam mengukir miniatur kapal seperti aslinya dan menirukan bentuk udang membuat nelayan-nelayan lain dari KUB Mancing Bahagia tertarik untuk turut mengolah limbah kayu.
Baca juga: Program pemberdayaan masyarakat PHE OSES raih penghargaan PR Indonesia
Jika tidak melaut, Bahrudin dan anggota KUB Mancing Bahagia tekun berkarya mengukir produk kerajinan. Hasil karya mereka dijual sebagai suvenir, yang bisa menambah penghasilan. Meningkatnya jumlah wisatawan di Kepulauan Seribu menjadi motivasi bagi mereka untuk meningkatkan pendapatan.
Namun, pengolahan limbah kayu menjadi kerajinan yang dilakukan Bahrudin dan KUB Mancing Bahagia bukanlah tanpa tantangan. Terbatasnya sarana dan prasarana menimbulkan sejumlah rintangan seperti masih rendahnya kontrol atas kualitas produk. Pembuatan umpan pancing secara manual, yang masih menggunakan tangan, menyebabkan ukuran udang berbeda-beda, tidak konsisten.
Tantangan tak hanya datang dari segi kualitas produk, tetapi juga tuntutan untuk memenuhi permintaan (demand) produk. Minat terhadap karya buatan Bahrudin dan KUB Mancing Bahagia terus meningkat, yang artinya mereka perlu menggenjot produksi.
Baca juga: PHE OSES sosialisasikan pencegahan stunting di Kepulauan Seribu
Melalui program Pelaut Tangguh, PHE OSES memberikan bantuan kepada KUB Mancing Bahagia berupa mesin duplikator untuk membuat umpan kayu secara otomatis, dengan presisi dan lebih efisien.
Tak hanya itu, PHE OSES juga membangun bengkel workshop yang digunakan untuk mengolah dan mengkreasikan kayu-kayu sisa menjadi barang bernilai.
Selain itu, PHE OSES juga membawa Bahrudin dan anggota KUB Mancing Bahagia ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk melakukan studi banding. Di sana, mereka belajar tentang manajemen usaha dan penguatan kelompok.
Kerajinan miniatur kapal dan umpan pancing hasil kreasi mereka dipasarkan di Pulau Kelapa dan Pulau Harapan. Sejak Juni 2024 hingga April 2025, total omzet penjualan mencapai sekitar Rp25 juta.
Baca juga: PHE OSES berdayakan kelompok perempuan Pulau Sabira olah ikan laut
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025