Produksi lokal naik, ekspor batu bara RI ke China dan India menurun

2 months ago 8

Bojonegoro, Jawa Timur (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan penurunan ekspor batu bara Indonesia ke China dan India dikarenakan produksi komoditas dari kedua negara tersebut sedang naik.

"China sama India, dua negara itu produksinya naik," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tri Winarno saat ditemui di Lapangan Banyu Urip, Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis.

Tri menjelaskan dalam kondisi geoekonomi dan geopolitik yang terjadi seperti sekarang ini, setiap negara ingin melakukan yang terbaik bagi ketahanan energi di dalam negerinya.

Menurut Tri, merupakan hal yang wajar apabila China dan India menggenjot produksi batu bara untuk mengurangi ekspor dari negara lain.

"Jadi poinnya semua negara sekarang mempertahankan, penginnya untuk ketahanan seperti Pak Prabowo (Presiden RI) tadi sampaikan, semua negara pengin untuk negaranya secure. Jadi wajar-wajarnya di dunia global ya seperti ini," kata Tri.

Ia juga menekankan saat ini yang terpenting bagi Indonesia adalah melakukan antisipasi.

Menurutnya, pasar ASEAN bisa dilirik menjadi pasar batu bara yang baru.

"Kita nggak usah terlalu panik, tetapi memang harus diantisipasi. Misalnya, apakah ada potensi untuk ASEAN, seperti itu," imbuhnya.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada 2024, Indonesia mengekspor 555,34 juta ton batu bara senilai 37,77 miliar dolar AS.

Sebagian besar ekspor ini ditujukan ke China dan India, yang merupakan pasar utama batu bara Indonesia.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia meyakini bahwa prospek pasar batu bara Indonesia akan tetap stabil di tengah kebijakan dan tren transisi energi global.

Dalam laporan terbaru dari Energy Shift Institute (ESI) berjudul "Coal in Indonesia Paradox of Strength and Uncertainty", disebutkan bahwa perusahaan batu bara Indonesia perlu segera bertransisi.

Salah satu alasannya adalah lanskap energi global yang bergeser, terutama di China selaku importir batu bara terbesar Indonesia, yang lebih dari tiga perempat pertumbuhan permintaan listriknya dipenuhi oleh energi bersih.

"Kami optimistis karena kebijakan China lebih terprediksi, yang berarti masih menguntungkan bagi Indonesia," katanya.

Hendra meyakini meskipun China saat ini gencar mengembangkan energi bersih, batu bara masih akan tetap menjadi konsumsi energi primer setidaknya dalam 10 tahun ke depan.

Meskipun ada proyeksi penurunan permintaan batu bara secara bertahap dari China, batu bara Indonesia diprediksi akan tetap diminati.

Baca juga: Pasar batu bara RI diyakini tetap stabil di tengah tren transisi

Baca juga: Asosiasi: Perang Iran-Israel tak berdampak pada ekspor batu bara RI

Baca juga: Harga batu bara acuan turun lagi, jadi 98,61 dolar AS per ton

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |